Jumat, 24 Januari 2014

Pendidikan Islam Dalam Pemikiran Syeikh Ahmad Syurkati



A. SEJARAH HIDUP DAN LATAR BELAKANG SYAIKH AHMAD SYURKATI

1. Di Sudan

      Ahmad Syurkati lahir di Desa Adfu, Jazirah Arqu, daerah Dongula, Sudan pada tahun 1292 H/1875 M. Dia diyakini masih keturunan Jabir bin Abdullah al-Ansari dari seorang bapak yang bernama Muhammad.
Dengan demikian nama lengkapnya adalah Ahmad Muhammad Syurkati al-Anshari. Dan kemudian lebih dikenal dengan sebutan Syaikh Ahmad Syurkati. Sedang Syurkati berarti banyak kitab (dalam bahasa setempat Sur artinya kitab, dan Katti artinya banyak ).Beliau berasal dari keluarga terpelajar dalam ilmu agama Islam. Menurut penuturan saudara kandungnya, Syurkati sejak kanak-kanak telah ditandai kelebihan berupa kejernihan pikiran dan kecerdasan. Dan hal ini cenderung membuat ayahnya memperlakukan dia lebih istimewa dari saudara-saudara kandung lainnya.3 Bentuk dari perlakuan istimewa ayahnya diantaranya adalah diajaknya dia dalam majelis-majelis ilmiah yang dihadiri para guru agama. Di samping itu sejak kecil dia juga menghafal Al-Qur’an dengan kecerdasan di atas teman-temannya. Namun demikian tidaklah dapat dipungkuri bahwa Syurkati kecil juga butuh bermain seperti layaknya teman-teman seusianya. Pada waktu jam menghafal yaitu sesudah shalat shubuh di Masjid al-Qaulid ia tidak datang dan tidak hanya sekali, tapi dua kali berturut-turut. Hal tersebut membuat pimpinan masjid marah dan memerintahkan untuk mencari dan membawanya menghadap. Setelah sekian lama dicari ternyata Syurkati dalam keadaan tidur nyenyak di suatu bilik. Pimpinan masjid lengsung menghukum dia dengan berdiri di depan teman-temanya dan mendengarkan teman-teman yang menghafak Al-Qur’an. Dan setelah temen-temannya selesai giliran Syurkati yang menghafal ayat yang dihafal teman-temannya dan ternyata ia sudah hafal dengan benar. Sekilas tentang masa kecil Syurkati. Setelah dari masjid al-Qaulid ayahnya mengirim Syurkati ke Ma’had Sharqi Nawi. Setelah tamat dari ma’had tersebut ayahnya mermaksud mengirim putranya melanjutkan ke Al-Azhar supaya dapat meneruskan kedudukan ayahnya dan memperoleh gelar Al-Azhari. Tapi kemudian hal tersebut tidak terlaksana karena pemerintah Mahdi yang pimpinannya dikenal dengan nama Abdullah al-Ta’ayishi pada waktu itu melarang siapa saja orang Sudan pergi ke Mesir. Hal tersebut tidak membuat putus asa bagi seorang Syurkati untuk tetap menuntut ilmu. Sehingga pada tahun 1314 H/1896 M beliau menuju Makkah6 untuk menuntut ilmu yang lebih tinggi. Di Makkah inilah hubungan dengan keluarganya di Sudan putus akibat putusnya jalan haji antara Sudan dan Hijaz. Baru pada tahun 1316 H/1898 setelah tentara Mesir dan Inggris memasuki negeri Sudan, hubungan itu terjalin kembali. Namun seorang temannya menyatakan bahwa Syurkati di Makkah tidaklah lama dan meneruskan perjalanannya ke Madinah.





2. Di Madinah

      Kota ini adalah salah satu kota pusat perkembangan ilmu agama Islam pada waktu itu. Sampai sekarang kota ini diyakini sebagai kota suci kedua setelah kota Makkah. Di kota ini terdapat masjid Nabawi yang di dalamnya terdapat makam nabi Muhammad SAW, yang setiap saat dikunjungi para peziarah atau jama’ah haji. Dapat dikatakan dalam kota inilah beliau menimba ilmu agama Islam. Beliau bermukim di Madinah selama empat setengah tahun untuk memperdalan ilmu agama Islam dan bahasa Arab.8 Pendapat lain mengatakan bahwa beliau di Madinah selama empat tahun. Diantara guru-guru beliau di Madinah adalah Syaikh Salih dan Syaikh Umar Hamdan ( dua ulama’ besar ahli hadits asal Maroko ). Beliau juga belajar Al-Qur’an pada ulama’ ahli qira’at yaitu Syaikh Muhammad al-Khuyari al-Maghribi;belajar fikih pada Syaikh Ahmad bin al-Haji Ali al-Mahjub dan Syaikh Mubarak al-Nismat; dan berguru bahasa arab dari ahli bahasa yang bernama Syaikh Muhammad al-Barzanji. Namun beliau tidaklah seperti kebanyakan orang. Setelah merasa cukup memperoleh ilmu, beliau tidak bermaksud pulang ke Sudan. Beliau bertekad melanjutkan menuntut ilmu di Makkah.


4. Di Indonesia

      Proses kedatangannya ke Indonesia tak bisa lepas dari proses yang terjadi dalam Jami’ah al-Khairat. Pada awal abad ke-20 merupakan babak baru bagi umat Islam di Indonesia, karena waktu itu mulailah masuk paham-paham pembaharuan ke Indonesia. Meskipun tekanan demi tekanan terhadap umat Islam di Indonesia dilakukan oleh Kolonial Belanda makin hebat dari berbagai kebijakan yang mempersempit ruang gerak umat Islam diantaranya larangan menerima buku-buku atau selebaran dari luar negeri. Karena dikhawatirkan dapat membangkitkan semangat Pan Islamisme di Indonesia.  Proses dan perjalanan ibadah hajipun menjadi pekerjaan colonial Belanda yang tidak bisa dianggap ibadah biasa. Dalam sejarah, setelah dipergunakan kapal uap sebagai alat transportasi laut pada abad ke-19 dan terutama setelah terusan Suez dibuka pada tahun 1869, jumlah jamaah haji Indonesia bertambah. Hal tersebut membuat tidak tenang colonial Belanda. Dikhawatirkan semangat Islam yang anti segala bentuk penindasan akan tumbuh dengan perginya umat Islam ke Mekkah. Memang pada kenyataannya, ibadah haji pada waktu itu berperan ganda. Disamping sebagai ibadah mahdhah, juga dimanfaatkan sebagai media penyaluran ide-ide pembaharuan dari Timur Tengah. Dalam konteks inilah Jami’ah al-Khairat menjadikannya sebagai media untuk memdatangkan guru-guru agama dari Timur Tengah khususnya Arab Saudi.
      Dengan proses seperti di atas Ahmad Syurkati akhirnya datang ke Indonesia sebagai guru bagi Jami’ah al-Khairat pada tahun 1911. Kedatangan beliau disambut gembira dan penuh hormat oleh pengurus dan warga Jami’ah al-Khairat. Bahkan dalam sejarahnya Syaikh Muhammad bin Abd al-Rahman Shihab menyerukan kepada nasyarakat Arab untuk menghormati beliau. Penghormatan tersebut tidak hanya karena beliau berilmu tinggi, tapi lebih dari itu karena beliau memikiki kesabaran, ketekunan dan keikhlasan dalam mengajar dan mengembangkan Jami’ah al-Khairat.



B.   IDE- IDE PEMBAHARUAN PENDIDIKAN SYAIKH AHMAD SYURKATI

      Dengan latar belakang keluarga, pendidikan, dan sosial budaya yang terurai seperti di atas secara umum pemikiran beliau dapat dikategorikan dalam beberapa hal. Mulai dari bidang keorganisasian tauhid, hukum Islam dan dalam karya-karya beliau dan yang paling menonjol dalam bidang pendidikan. Dan secara rinci akan kita bahas dalam poin-poin di pembahasan selanjutnya. Pada awal abad ke-20 Ahmad Syurkati tidak hanya dikenal sebagai pemimpin terkemuka masyarakat Indonesia keturunan Arab, tetapi juga
sebagai tokoh reformasi Islam yang banyak dipengaruhi oleh pemikiran pembaharuan Muhammad Abduh. 19Gerakan beliau dimulai dari imigran Arab di Indonesia yang berasal dari Hadramaut. Pada abad ke-19 penduduk Arab Hadrami meningkat pesat yang dibarengi dengan masalah ekonomi. Sedangkan sifat dari masyarakat Hadrami yang suka merantau dan berdagang. Maka berdatanganlah orang-orang Arab Hadrami ke Indonesia untuk berdagang, yang ditunjang transportasi dari Timur Tengah ke Indonesia yang semakin mudah. Disamping itu mereka mengembangkan ajaran Islam yang cenderung mengarahkan praktek beragama pribumi yang heterodoks ke arah yang ortodoks.
Selain itu beliau juga memgembangkan beberapa hal, diantaranya adalah adanya perbedaan antara sayyid dan non-sayyid, dan juga mereka menganjurkan kepada kaumnya untuk bertawassul (perantara), sehingga mereka menjadi penghubung antara manusia dengan Tuhan. Di antara pemikiran Syaikh Ahmad Syurkati adalah sebagai berikut :

1.   Memperjuangkan hak sesama muslim
2.   Mendasarkan pemikiran kepada Al-Qur’an dan Hadits
3.   Memperjuangkan dan mementingkan bahasa Arab sebagai ilmu alat untuk memahami sumber-sumber Islam
4.   Menekankan pengembangan jalan pikiran anak didik dengan cara menekankan kepada pengertian dan daya kritis, bukan hafalan. Hal tersebut juga diterapkan pada pelajaran lain seperti sejarah, ilmu bumi dan lain-lain.
5.   Menggunakan alat peraga dalam menyampaikan pelajaran, terurama gambar-gambar manusia, yang sebagian tradisi lain melarangnya. Dan ide pembaharuan ini mulai muncul ketika ketika beliau berada dalam organisasi modern masyarakat Arab di Indonesia. Organisasi modern tersebut adalah al-Jami’at al-Khairat, yang akan dibahas pada pembahasan berikutnya yang berada dalam organisasi ataupun dalam karya-karya beliau.

Beberapa lembaga yang pernah beliau geluti adalah sebagai berikut :

1. AL JAMI’AT AL KHAIRAT

      Al Jami’at Al Khairat berdiri pada tanggal 17 juli 1905 yang beranggotakan mayoritas orang-orang Arab yang tidak menutup kemungkinan untuk setiap muslim menjadi anggota tanpa diskriminasi asal usul.


2. AL-IRSYAD
     
      Syaikh Ahmad Syurkati seperti dibahas di atas hanya bertahan dua tahun di Jami’ah Khair. Rencananya beliau akan langsung kembali ke Makkah meruskan pendidikannya yang sempat terhenti karena panggilan jihad di Indonesia. Namun niat beliau di cegah oleh sahabatnya terutama Syaikh Umar Yusuf Manggus dan akhirnya diurungkanlah niatnya tersebut.26 Sehingga pada tanggal 17 Juli 1914 di Jakarta beliau mendirikan organisasi yang dinamakan al-Islah wal-Irsyad yang kemudian dikenal dengan al-Irsyad.
Tujuan organisasi ini adalah untuk memajukan pelajaran agama Islam yang murni di kalangan bangsa Arab di Indonesia. Disamping itu juga bergerak dalam bidang sosial, dan dakwah Islam. Sebagaimana organisasi lainnya Al-Irsyad juga mempunyai prinsip-prinsip sebagai berikut :
a.   Meneguhkan doktrin persatuan dan membersihkan shalat dan do’a dari kontaminasi unsur politeisme
b.   Mewujudkan kesetaraan di antara kaum muslim dan mencari dalil yang shahih, serta mengikuti jalan yang salaf untuk semua masalah yang diperdebatkan
c.   Memerangi taqlid buta, yang bertentangan Qur’an dan Hadits
d.   Menyiarkan pengetahuan alam dan budaya Arab yang sesuai dengan Islam
e.   Mencoba menciptakan pemahaman dua arah antara muslim Arab dengan Indonesia.

      Dalam bidang pendidikan misalnya banyak berdiri sekolah al-Irsyad di daerah-daerah di seluruh Indonesia.29 Disamping itu juga memberikan beasiswa untuk studi ke luar negeri terutama ke Mesir. Tapi tidak seperti yang diharapkan. Lulusan dari luar negeri tidak banyak berperan dan justru yang banyak berperan yang studi dengan biaya sendiri, terutama dalam pengembangan pembaharuan. Pengembangan ini dilakukan dengan tabligh, pertemuan-pertemuan, menerbitkan buku dan pamflet. Dan akan kita bahas yang lebih mendalam dalam pembahasan berikutnya. Sementara dalam bidang keagamaan gagasan pembaharuan terlihat dalam Majalah Az-Zakhirah yang berisi pertanyaan yang datang dari penjuru tanah air dalah hal Ushul dan Furu’ agama, berisi tentang pembongkaran hadits-hadits palsu dan dhai’f yang dipergunakan dalam mempertahankan beberapa hukum ibadah dan muamalat di Indonesia. Yang pada prinsipnya Syaikh Ahmad Surkati mengajak unat Islam kembali pada Al-Qur’an dan Hadits serta menentang pendapat yang memutuskan pintu ijtihad tertutup dan cukup berpegang pada madzhab empat fiqih. Menurut beliau hukum Islam sebenarnya terus berkembang sepanjang zaman.


3. KARYA-KARYA SYAIKH AHMAD SYURKATI

      Disamping sebagai guru, pendidik, ulama, dan tokoh pergerakan Islam, beliau juga seorang penulis yang produktif. Beliau mampu menulis berbagai cabang ilmu diantaranya aqidah, ibadah, kandungan al-Qur’an dan al-Hadits. Sebagian karya-karyanya dibuat dalam raangka menyanggah paham keagamaan yang beliau anggap menyimpang dari al-
Qur’an dan sunnah. Diantara karya-karya tersebut ada yang berbentuk risalah maupum berbentuk artikel di majalah maupun surat kabar. Karena menurut beliau masih banyak perbuatan-perbuatan beragama Arab Hadramaut yang menyimpang, yang seharusnya ditujukan kepada Allah tapi ditujukan kepada yang lainnya. Diantaranya adalah sebagai berikut :
1.   Shalat, puasa, haji, dan sedekah yang dikerjakan bukan karena Allah
2.   Penyembelihan yang bertujuan untuk mengagungkan, dalam pandangan kerohanian, atau untuk menolak keburukan, misalnya dihadiahkan kepada jin atau yang lainnya menurut Ahmad Syurkati adalah syirik.
3.   Bernadzar karena selain Allah.
4.   Istighatsah (mohon bantuan pertolongan) kepada selain Allah
5.   Bersumpah kepada selain Allah
6.   Berdo’a kepada selain Allah
7.   Takut kepada selain Allah.
8.   Mengharamkan yang dihalalkan Allah dan menghalalkan apa yang diharamkan Allah.
9. Memakai jimat atau benda bermantera yang diyakini berkekuatan ghaib untuk kepentingan tertentu.

      Di antara karya Ahmad Syurkati baik dalam bahasa Arab maupun yang suda diterjemahkan dakam bahasa Indonesia, baik yang sudah diterbitlan maupum yamg disimpan murid-murid beliau adalah sebagai berikut :

a. Risalah Surat al-Jawab ( 1915 )

      Risalah ini merupakan jawaban dari H.O.S Tjokroaminoto ( pimpinan surat kabar Suluh Hindia sehubungan makin meluasnya pembicaraan tentang kafa’ah. Ahmad Syurkati berpendapat bahwa seorang wanita syarifah yang menurut golongan Alawi ( adalah keturunan Nabi ) tidak boleh menikah dengan laki-laki selain Alawi adalah salah. Tidak ada ayat dan hadits nabi yang menyatakan seperti itu. Beliau mengajak agar kafa’ah diletakkan pada orientsi ajaran Islam yang lebih luas, yiatu musawah ( persamaan ). Dengan demikian tidak ada keutamaan seseorang atas dasar keturunan. Dan hal ini membuat reaksi keras dari kalangan Arab Hadrami golongan Alawi.

b. Risalah Taujih al-Qur’an ila Adab al-Qur’an ( 1917 )

      Risalah ini berisi penguatan pemikiran beliau pada risalah di atas, antara lain :
Pertama, kedekatan pada nabi Muhammad bukan berdasarkan atas keturunan, tapi lebih dari itu berdasarkan ketekunan dan kesungguhan dalam mengikuti jejaknya. Kedua, kedekatan pada Nabi lebih ditekankan pada ketekunan dan kesungguhan dalam menjalankan ilmu dan agama. Ketiga, berisi tentang kritik terhadap kebodohan dan penyimpangan terhadap ajaran agama. Yakni denga adanya kelompokkelompok yang membanggakan diri sebagai keturunan Nabi dan memandang rendah umat Islam lainnya.

c. Al-Dakhirah al-Islamiyah ( 1923 )

      Merupakan majalah bulanan yang beliau pimpin dan dibantu oleh Muhammad Nur al-Anshari sebagai administrator. Majalah ini terbit pada tanggal 1 Muharam 1342 H/Agustus 1923 dan terbit hingga 10 edisi. Majalah ini merupakan penyaluran pemikiran beliau pada masyarakat Muslim Indonesia. Dalam pendahuluan diantaranya beliau menuliskan tentang dasar-dasar perbuatan beragama yang dipandang salah, misalnya perbuatan itu ternyata didasarkan pada hadits yang palsu. Disamping itu, beliau juga menyatakan bahwa Islam yang bisa cocok atau bersesuain denga segala bangsa dan waktu. Yang terakhir beliau menghimbau untuk melakukan gerakan yang berorientasikan
pendidikan dalam arti yang luas. Diantara artikel Ahmad Syurkati yang pernah dibuat tersebut adalah sebagai berikut :
1.      Tulisan tentang fatwa-fatwa yang berisi jawaban atas pertanyaanpertanyaan yang oleh kaum muda dipandang sebagai bid’ah atau khurafat, misalnya ushulli, tawassul qubur, jimat, talqin, manaqib, berdiri pada saat pembacaan shalawat nabi.
2.      Kitab hak-hak suami istri
3.      Al-Qur’an dan Buddha
4.      Tadsir surat al-Fatihah
5.      Hadits lemah dan Dusta
6.      Golongan al-Irsyad dan golongan Sayyid di Jawa
7.      Khilafat
8.      Berbagai bertuk nasihat dan peringatan, misalnya “Seruan”, “Penutur Kata”, “Peringatan”, “Tegoran”, dan Keteranganketerangan”.

d. Al-Masail al-Tsalat ( 1925 )

      Tulisan ini berisi pandangan Ahmad Syurkati tentang tiga masalah yang berhubungan dengan pemurnian ajaran agama Islam, yaitu tentang ijtihad dan taqlid, sunnah dan bid’ah, serta tentang zayarat al-qubur, dan tawassul melalui nabi dan orang-orang yang dipandang saleh. Tulisan ini dibuat dalam rangka persiapan dalam forum debat denga wakil golongan Alawi yaitu Ali al-Thayib yang mengaku sebagai alumnus Al-Azhar dan pernah menjadi sekretaris Fatwa al-Syafi’iyyah di Madinah. Perdebatan yang telah direncanakan Persis tersebut gagal karena Ali menghendaki perdebatan dilakukan di Masjid Ampel Surabaya. Namun setelah Ali membaca tulisan tersebut menyatakan telah memahami pandangan Syurkati, sehingga tidak perlu lagi mengadakan forum yang telah direncanakan.

e. Al-Wasiyyat al-Amiriyah ( 1918 )

      Merupakan buku yang berisi tentang anjuran berbuat kebajikan. Buku ini dapat juga digunakan sebagai pegangan ajaran akhlak yang didasarkan pada Al-Qur’an dan Hadits. Pada setiap pasal pada buku ini diawali dengan ayyyuha al-Mu’minun oleh G.F Pijper disamakan dengan karya Al-Ghazali yang berjudul Ayyuha al-Walad. Buku ini diterbitkan di Surabaya.

f. Zedeleer Uit Den Qoran ( 1932 )

      Buku ini berbahasa Belanda terjemahan dari risalahnya yang bejudul al-Adab al-Qur’aniyyah yang berisi tentang nukilan ayat-ayat al-Qur’an yang berhubungan dengan akhlaq yang diberi komentarkomentar dan disertai dengan hadits Nabi. Dalam proses
penterjemahan dibantu oleh Ch. O. Van Der Plas dan diberi pengantar oleh Voorzitter Hoofbestuur Jong Islamieten Bond. Yang menurut Van Der Plas buku ini ditujukan kepada orang-orang yang berlatar belakang pendidikan Barat.

g. Al-Khawatir al-Hisan ( 1941 )

      Merupakan kumpulan sajak-sajak kenangan terhadap para sahabatnya seperjuangan termasuk pendiri Muhammadiyah dan tokoh Persis A. Hasan. Pada saat itu beliau telah beruasia lanjut dan mengalami sakit mata yang akhirnya menyebabkan kebutaan. Walaupun usaha telah dilakukan, namun akhirnya pada awal bulan Rajab 1359 H/1940 M beliau menerima pasrah dan beristirahat di Bogor. Sajak-sajat ini hampir semua dilandasi pengalaman beliau ketika beliau melakukan perjalanan sebagai penilik ke daerah-daerah.
Dalam perjalanan beliau banyak bertemu dengan kader-kader dan tokoh-tokoh reformis lainnya, walaupun tidak menyebutkan satu persatu nama orang yang masuk dalam kenangan belaiu. Misal dari sajak-sajak beliau :
Dan arahkan tujuanmu ke arah Bangil, kepada seorang cerdik pandai dan mereka berada dalam satu organisasi.
Di antara daerah atau kota yang terkenang dalam sajak beliau dan pernah beliau kunjungi adalah Jakarta, Bandung, Sukabumi, Cirebon, Purwakarta, Solo, Yogyakarta, Surabaya, Bogor, Brebes, Tegal, Pemalang, Comal, Indramayu, Pekalongan, Surabaya, Bangil,
Pasuruan, dan Bondowoso. Disamping sajak di atas beliau juga memperingatkan adanya
watak tercela yang masih selalu muncul di kalangan Arab Hadrami di Indonesia :
Orang-orang pelit berrpandangan bahwa harta adalah
kemuliaan. Padahal harta itu bencana dan hina bagi si
penumpuknya.

h. Fatwa kepada Muhammadiyah

      Fatwa ini dikeluarkan atas permintaan PP Muhammadiyah ketika menghadapi Muktamar Tarjih Muhammadiyah pada tahun 1939. Dan oleh pengurus Al-Irsyad makalah itu diberi judul Fatwa Sech As-Surkaty kepada PP Muhammadiyah.

i. Muhadharat Islamiyah (1937 )

      Atas permintaan murid-muridnya beliau memberikan kuliah umum yang berjudul Muhadharat Islamiyah tentang tafsir. Adapun isi dari kuliah umum tersebut adalah sebagai berikut :
1) Penguasaan Ilmu
Beliau menjelaskan bahwa agar diperoleh pengertian yang luas tentang penafsiran, seorang mufassir harus konsultasi dengan berbagai macam ilmu, baik ilmu agama Islam maupum Ilmu umum.
2)   Pendekatan Ma’tsur
Di samping menggunakan uraian kebahasaan Ahmad Syurkati juga menggunakan pendekatan ma’thur yaitu menafsirkan ayatayat Al-Qur’an berdasarkan atas keterangan dari Al-Qur’an sendiri dan dari Hadits.
3)   Pendekatan Tauhid
Pendekatan lain yang dipandang sangat penting dalam kuliah beliau adalah pendekatan tauhid. Sebagai contoh adalah sebagai berikut : Iyyaka na’bud wa iyyaka nasta’in artinya katakannlah demikian secara lisan sesuai dengan perbuatan dan keyakinan. Dan maka Iyyaka na’bud wa iyyaka nasta’in ialah kami menyembah hanya kepada Engkau sendiri dan tidak menyekutukanMu semata dan tidak meminta pertolongan kepada orang lain, siapapun dalam kepentingan urusan kita dengan pertolongan yang siatnya ghaib atau kerohanian, tidak dengan pertolongan raja, tidak pula nabi atau wali, ataupum jin dan lainnya.  Karena menurut beliau masih banyak perbuatan-perbuatan beragama Arab Hadramaut yang menyimpang, yang seharusnya ditujukan kepada Allah tapi ditujukan kepada yang lainnya.

      Syaikh Ahmad Syurkati wafat pada hari kamis tanggal 16 September 1943 pukul 09.00 di kediamannya, yang sekarang ini Jalan KH. Hasyim Asy’ari No. 25 Jakarta., dan dimakamkan di pemakaman Karet Tanah Abang Jakarta.



C. PEMIKIRAN SYAIKH AHMAD SYURKATI DALAM BIDANG PENDIDIKAN

      Pada masanya Ahmad Syurkati sudah mengkaji secara langsung tentang kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta pandangan hidup yang melatarbelakangi kemajuan Barat. Menurut Donald E. Smith bahwa Ahmad Syurkati dan para reformis lainnya menerima nilai-nilai budaya dinamis kemajuan Barat, karena dianggap sesuai dengan nilai-nilai Islam. Sehingga penerimaan tentang rasionalisme, sains, material progress, individual freedom dan demokrasi adalah kembali pada bertuk Islam yang asli. Mata rantai ini bersumber dari Ibnu Taimiyah dan Ibnu Qoyyim. Menurut G.F. Pijper yang pernah belajar agama pada Ahmad Syurkati mengatakan adanya pengertian antara beliau dan Ahmad Dahlan. Keduanya menentukan sandaran perjuangan yang berbeda. Ahmad Syurkati di wilayah masyarakat Arab dan Ahmad Dahlan pada masyarakat lainnya.
Dalam menyusun program, beliau mempelajari dulu apa yang terjadi dalam masyarakat terlebih dulu. Program yang dijalankan sesuai dengan Muhammad Abduh, yaitu transformasi pendidikan dan pemurnian ajaran Islam dari praktik-praktik menyimpang. Kesesuaian tersebut adalah sebagai berikut :
1.   The purificatiom of Islam from Corrupting Influence and practice (pemurnian Islam dari pengaruh dan kebiasaan yang merusak)
2.   The reformation of Muslim higher education (penyusunan kembali pendidikan tinggi bagi umat Islam)
3.   The reformulation of Muslim higher education (reformulasi pendidikan tinggi bagi umat Islam)
4. The defence of Islam againt Eurephean influence and Christian attacks (mempertahankan Islam dari pengaruh Eropa dan serangan Nasrani).
Diantara pemikiran beliau dalam bidang pendidikan adalah dapat kita pilah dalam beberapa aspek, diantaranya konsep pendidikan, kurikulum, metode dan pendekatan, dan media pendidikan, yang akan kita bahas secara detail sebagi berikut :


1.   Konsep Pendidikan

      Menurut Syaikh Ahmad Syurkati kebodohan harus di berantas. Dan berpendapat bahwa perbuatan mendidik dan mengajar adalah pekerjaan yang termulia di sisi Allah SWT. Keyakinan ini dikuatkan dengan penjelasan Rasulullah bahwa sebaik-baik di antara manusia adalah yang melakukan perbuatan mengajar. Keyakinan tersebut sejalan dengan pendapat Clifford Geertz yang menyatakan bahwa pendidikan mempunyai arti sebagai lembaga induk dalam usaha-usaha yang paling sungguh-sungguh untuk memodernisasi tradisi dan masyarakat. Beliau meyakini bahwa pengajaran adalah segalanya dan merupakan kunci kemajuan. Sehingga yang menjadi prioritas adalah melaksanakan pendidikan formal untuk menghasilkan guru-guru agama yang sekaligus sebagai penganjur atau dalam bahasa kita sering disebut da’i.

2.   Lembaga Pendidikan

      Aspek yang sering terlupakan dalam sistem pendidikan secara umum adalah aspek kelembagaan. Suatu kemajuan pada waktu itu Syaikh Ahmad Syurkati sudah memperhatikan aspek kelembagaan. Hal ini terbukti dengan terbentuknya organisasi Al-Irsyad sesuai dengan tujuan-tujuan pembentukan, diantaranya didirikannya sekolahsekolah yang peserta didiknya terbuka untuk umum asalkan beragama Islam, yang tidak membedakan suku, ras dan kedudukan.  Secara kelembagaan program pendidikan Al-Irsyad pada tahun 1913 dengan jenjang sebagai berikut :
a. Madrasah Awwaliyah berjenjang tiga tahun
b. Madrasah Ibtidaiyyah berjenjang empat tahun
c. Madrasah Tajhiziyyah berjenjang dua tahun
d. Madrasah Mu’allimin berjenjang empat tahun
      Dan pada tahun 1915 mendirikan Takhassus berjenjang dua tahun sebagai jenjang pendidikan tertinggi atau setara dengan perguruan tinggi diploma.

3.   Kurikulum

      Secara umum kurikulum merupakan program yang buat untuk mencapai tujuan pendidikan. Tercapai atau tidaknya tujuan pendidikan sangat bergantung pada kurikulum yang dibuat. Kurikulum yang diterapkan Ahmad Syurkati, khususnya pada pendidikan formal lebih menekankan pada pendidikan dengan muatan religius yang ditunjang guru-guru yang kompeten dalam bidangnya. Prioritas ilmu yang harus dipelajari tergambar jelas dalam tiap jenjang sebagai berikut :
a. Madrasah Awwaliyah berjenjang tiga tahun, kurikulumnya adalah muhadatsah, baca bahasa Arab, disamping pelajaran yang lain seperti bahasa Indonesia, berhitung, dan olah raga.
b. Madrasah Ibtidaiyyah berjenjang empat tahun, kurikulumnya adalah Al-Qur’an, fikih, nahwu, sharaf, muthala’ah dan imla’. Sebagai tambahan diajarkan sejarah, geografi, bahasa Indonesia, berhitung, menggambar, dan olah raga.
c. Madrasah Tajhiziyyah berjenjang dua tahun, yang diajarkan adalah fikih, tauhid, tafsir dan hadits, bahasa Indonesia dan bahasa Inggris d. Madrasah Mu’allimin berjenjang empat tahun diajarkan bahasa Arab, tafsir, hadits dan ilmu hadits, pedagogi, bahasa Inggris, dan bahasa Indonesia.
e. Tahassus yang berjenjang dua tahun diajarkan sepenuhnya religius yaitu adab al-lughah al-arabiyah (litrratur Arab), mantik (logika), balaghah (retorika), fiqh wa ushul al-fiqh,tafsir, hadits, ilmu hadits dan filfafat.
Dalam mata pelajaran yang telah tersebut di atas dapat dikatakan bahwa kurikulum yang dibuat bersifat nondikotomik. Tidak ada pembedaan yang bersifat diskriminatif antara ilmu agama dengan ilmu umum. Selain itu, kurikulum yang dibuat menekankan pada ilmu alat dalam hal ini bahasa Arab sebagai alat untuk mempelajari dan memahami sumber-sumber ajaran Islam.

4.   Metode dan Pendekatan

      Metode dan pendekatan merupakan aspek yang penting diperhatikan dalam proses belajar mengajar. Sampai tidaknya materi sangat dipengaruhi oleh cara menyampaikannya. Metode mengajar adalah cara yang digunakan oleh pendidik untuk menyampaikan materi pelajaran kepada anak didik, yang berlangsung dalam interaksi edukatif. Dalam usaha pengembangan jalan pikiran anak didik Ahmad Syurkati menekankan daya kritik daripada hafalan. Hal ini diberlakukan tidak hanya pada mata pelajaran agama, tetapi pada mata pelajaran lainnya seperti sejarah, ilmu bumi dan lain sebagainya. Ada beberapa metode dalam proses belajar mengajar, yang mempunyai prinsip-prinsi umum dan faktor-faktor yang mempengaruhi. Diantara prinsip-prinsip tersebut adalah sebagai berikut :
a.   Harus memperhatikan kecenderungan anak didik, yaitu memperhatikan dan menyesuaikan kapasitas anak didik, bakat, minat, lingkungan dan kesiapan anak didik. Sehingga akan terwujud proses belajar mengajar yang menyenangkan.
b.   Memanfaatkan aktivitas individual anak didik. Hal ini dapat dilakukan dengan melibatkan anak didik dalam setiap kegiatan yang dilaskukan dan memberi kesempatan kepada mereka untuk berpikir dan berbuat.

Ahmad syurkati menerapkan metode dan pendekatan dalam belajar mengajar pada sekolah Al-Irsyad dapat dilihat dari apa yang dilihat dan terima oleh para murid beliau.

 Metode dan pendekatan yang beliau terapkan adalah sebagai berikut :
a.   Pembiasaan, dilakukan dalam pelajaran bahasa Arab dengan mengajak salah satu murid beliau untuk jalan dan kemudian mengajarkan bahasa arab dari benda-benda yag dijumpai, hal ini dialami oleh H. Abdul Halim
b.   Pendekatan psikologis dan konseling dalam melihat minat dan bakat serta tingkat kemampuan intelegensi para siswa yang diajar.
c.   Demokratis dalam suasana belajar mengajar dan menggunakan pendekatan akliyah yang mengembangkan tingkat kemampuan berpikir siswa
d. Metode Diskusi juga sering diterapkan. Metode ini sangat populer. Dalam metode ini terjadi tukar menukar informasi, pendapat dan unsur-unsur pengalaman secara teratur. Tujuannya adalah memperoleh pengertian bersama yang lebih jelas dan lebih teliti tentang sesuatu dan juga mempersiapkan dan merampungkan keputusan bersama. Dalam metode ini mengandung nilai-nilai demokratis. Anak didik berpacu dalam mengeluarkan pendapat, tentunya dengan aturan main yang ditetapkan oleh kelompok tersebut.Dengan metode diskusi, peserta didik lebih bebas untuk mengeksplorasi pemikiran tanpa harus merasa minder. Dengan sedirinya akan muncul karakter diri anak didik tanpa ada pemaksaan, dan yang muncul adalah keunikan-keunikan pribadi yang harus dihormati menurut nilai-nilai ke manusiaan.


5.   Media Pendidikan

      Media pendidikan merupakan alat-alat fisik yang menjelaskan isi pengajaran seperti film, video kaset, gambar dan lain-lain, yang berfungsi sebagai alat bantu yang memperlancar dan mempertinggi proses belajar mengajar. Ahmad Syurkati dalam proses belajar mengajar menggunakan sudah media pendidikan walaupun masih sangat sederhana dengan menggunakan buku-buku bergambar, terutama gambar manusia yang
oleh sebagian kelompok dianggap haram, untuk menjelaskan maksud dari materi yang disampaikan.
      Dalam perkembangannya pemilihan media dalam proses belajar mengajar juga harus disesuaikan dengan materi pelajaran yang disampaikan, kondisi anak didik dan kemampuan pendidik.Pemikiran pendidikan Syaikh Ahmad Syurkati sampai sekarang mewarnai perkembangan Al-Irsyad sebagai organisasi modern dan khususnya lembaga pendidikan.



























BAB. III

PENUTUP


A.  Kesimpulan

Dari makalah diatas dapat disimpulkan :
1.          Pemikiran Ahmad Syurkati sangat kaya dengan pemikiran pendidikan Islam
2.          Dari pemikiran-pemikiran Ahmad Syurkati dapat membantu merumuskan pemikiran konsepsional dalam bidang pendidikan
3.          Pemikiran Ahmad Syurkati dapat dijadikan pusat kajian di dalam membantu para pendidik merumuskan berbagai masalah kependidikan yang dihadapi.


B.  Saran

Demikianlah makalah ini penulis buat untuk penyempurnaan makalah ini sangat diharapkan saran dan kritik dari pembaca, agar tersempurnanya makalah ini.
Akhir kata mudah-mudahan makalah ini dapat memberi manfaat khusunya untuk penulis sendiri. Terima kasih.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar