Jumat, 24 Januari 2014

Pusat Peradaban Islam Dunia



BAB I
PENDAHULUAN
Peradaban adalah suatu proses perubahan cara hidup manusia. Kemajuan yang di capai dalam aspek bahasa, kesenian, ilmu pengetahuan, sosial, politik, hukum dan agama. Prosesnya berjalan secara berangsur-angsur dalam waktu yang lama.
Peradaban Islam pada mulanya mulai dari zaman Rasulullah SAW sampai abad ke-12 M telah berhasil gemilang dengan membangun peradaban-peradabannya yang untuk melahirkan sejarawan kelas dunia. Di permukaan alam dunia ini pernah timbul beberapa peradaban, tetapi kemudian menghilang dan sirna. Begitu pula dengan bangsa-bangsa yang dulunya begitu besar dan jaya lama kelamaan menjadi kecil dan akhirnya lenyap, dan digantikan dengan bangsa baru timbul makin lama makin maju dan menjadi bangsa yang besar pula, hingga pada suatu ketika dengan pengalaman-pengalaman itu menjadikan manusia menjadi matang untuk menerima kemajuan yang sesungguhnya dalam segala bidang.
Pada waktu Islam datang seluruh dunia sedang mengalami kemunduran di semua bidang dan lapangan. Belum berlalu masa seratus tahun, Islam telah menegakkan dan memperbaharui serta meluruskan paham agama-agama yang telah lalu, ilmu pengetahuan yang tinggi dan meyakinkan, peradaban yang membawa kebahagiaan dan politik yang selalu menguntungkan, yang semuanya telah disiarkan di seluruh dunia dengan cepat dan penuh kebenaran.[1]












1.Peradaban Islam di Kota Baghdad
Negara yang berada di bagian barat daya Asia ini, memiliki batas-batas wilayah: di selatan berbatasan dengan Kuwait dan Arab Saudi, di sebelah utara berbatasan dengan Turki, di bagian barat dengan Yordania dan Syiria, di utara dengan Turki, dan di timur dengan Iran. Irak berada tepat di bagian timur wilayah Bulan Sabit Subur yang dulu sering disebut daerah Mesopotamia- kosa kata Yunani yang berarti “lahan di antara dua sungai”: Sungai Tigris dan Sungai Efrat. Kedua aliran sungai ini sangat mempengaruhi pola kehidupan dan lingkungan penduduk Irak dari masa ke masa.[2]
Didirikan oleh Khalifah Abbasiyah kedua, yaitu Al- Manshur (754-755 M) pada tahun 763 M dan di jadikan sebagai ibu kota pemerintahannya.[3] Terletak di pinggir Sungai Tigris. Menurut cerita rakyat, daerah ini sebelumnya adalah tempat peristirahatan Kisra Anusyirwan, seorang raja Persia yang masyhur, di musim panas. Baghdad sendiri mempunyai arti “Taman Keadilan”. Masa keemasan Kota Baghdad terjadi pada masa pemerintahan Khalifah Harun Al- Rasyid (786- 806 M) dan anaknya Al-Ma’mun (813-833 M).
Peradaban yang dicapai pada masa Khalifah Al- Manshur diantaranya pada pembangunan fisik, dengan mendesain kota ini berbentuk bundar, yang di sekililingnya dibangun dinding tembok yang besar dan tinggi. Di sebelah luar dinding tembok digali parit besar yang berfungsi sebagai saluran air dan sekaligus sebagai benteng. Disediakannya empat buah pintu gerbang di sekitar kota ini untuk setiap orang yang ingin memasuki kota ini. Keempat pintu gerbang itu adalah Bab al- Kufah yang terletak di sebelah barat daya, Bab al- Syam di barat laut, Bab al- Bashrah di tenggara, dan Bab al- Khurasan di timur laut. Di masing-masing pintu gerbang di bangun 28 menara untuk tempat pengawal negara yang mengawasi keadaan di luar. Terdapat tempat peristirahatan dengan ukiran indah dan menyenangkan pada setiap pintu gerbang bagian atas.
Di tengah-tengah kota terdapat Al- Qashar Al- Zahabi yang merupakan istana khalifah dengan seni arsitektur Persia. Dilengkapi dengan bangunan masjid, tempat pengawal istana, polisi, dan tempat tinggal putera-puteri dan keluarga khalifah. Di sekitar istana dibangun pasar tempat pembelanjaan dan jalan raya yang menghubungkan empat pintu gerbang. Semua pembangunan itu di kerjakan oleh ahli bangunan yang terdiri dari arsitek- arsitek, tukang batu, tukang kayu, ahli lukis, ahli pahat, dan lain- lain. Mereka semua didatangkan khalifah dari Syria, Mosul, Basrah, dan Kuffah dengan jumlah sekitar 100. 000 orang.[4]
Pembelanjaan membangun kota Baghdad itu berjumlah 4.000.833 dirham, dan sebagian besar pekerja-pekerja, insinyur, dan orang-orang kenamaan telah terlibat di dalam pembangunan itu. Diantara orang- orang terkemuka yang terlibat adalah Al-Hajj bin At-Ta’ah yang turut merancang pembangunan kota itu, dan Imam Abu Hanifah yang bertugas memperhitungkan batu-batu yang diperlukan
Dalam bidang ilmu pengetahuan, Al- Manshur memerintahkan untuk menerjemahkan buku-buku ilmiah dan kesusteraan dari bahasa Inggris, India, Yunani lama, Bizantium, Persia, dan Syiria ke dalam bahasa Arab. Sehingga sejak awal berdirinya, kota ini sudah menjadi kota peradaban dan kebangkitan ilmu pengetahuan dalam Islam. Sehingga julukan sebagai kota intelektual pun di berikan dari Philip K. Hitti terhadap Kota Baghdad. Para peminat ilmu dan kesusasteraan segera berbondong-bondong datang ke kota ini.
Perkembangan dalam bidang ekonomi Kota Baghdad berjalan seiring dengan perkembangan politik. Perdagangan dan industri berkembang pesat pada masa Harun Al-Rasyid dan Al-Ma’mun. Tiga buah pelabuhan yang ramai yang banyak dikunjungi para kalifah dagang internasional (Cina, India, Asia Tengah, Syria, Persia, Mesir dan Afrika lainnya), dua di Bashrah dan Sirat di Teluk Persia, adalah faktor pendukung perkembangan kehidupan ekonomi di Kota Baghdad.
Di Kota Baghdad juga menjadi pusat tempat ziarah bagi orang muslim karena banyaknya orang suci yang di makamkan disana, sehingga mendapat julukan Benteng Kesucian. Diantaranya makam Imam Musa Al-Kazhim (Imam ketujuh Syi’ah), Syekh Junaid, Syibli, dan Abdul Kadir Jailani (semuanya pemimpin-pemimpin kaum sufi). Para khalifah dan permaisurinya juga banyak dimakamkan di kota Baghdad
2. Peradaban Islam di Kota Kairo
Kota yang terletak di tepi Sungai Nil ini mengalami tiga kali masa kejayaan, yaitu pada masa Dinasti Fatimiah, di masa Shalah Al-Din Al-Ayyubi, dan di bawah Baybars dan Al-Nashir pada masa Dinasti Mamalik. Dinasti Fathimiyah adalah satu- satunya Dinasti Syi’ah dalam islam.
Dalam periode yang kedua dari pemerintahan Abbasiyah, berdiri dinasti Tuluniyah di Mesir (254-292/ 868-905) yang merupakan wilayah otonom dari Baghdad. Pendirinya adalah Ahmad ibn Tulun yang berasal dari Turki. Pada mulanya ia datang ke Mesir sebagai wakil gubernur Abbasiyah, kemudian menjadi gubernur yang berkuasa hingga Palestina dan Syiria. Karena terjadi perselisihan di pusat pemerintahan Abbasiyah yang menyebabkab daerah tidak terindahkan, maka menguatlah dinasti yang berbasis di Lembah Sungai Nill. Kejayaan dinasti ini terjadi pada masa putra Ahmad yang bernama Al- Khumarawayh yang mendapatkan wilayah Mesir, Syiria, dan Gunung Taurus serta wilayah Aljazirah.[12]
Pada Dinasti Tuluniyah, Mesir mengalami kemajuan terutama di bidang militer dan pasukan perang yang dapat menaklukan Syiria, Palestina, Barquq, Mosul, Yaman, dan Hijaz. Di bangunlah Masjid Ibn Tulun yang terkenal hingga sekarang dan markas militer Al- Qathai untuk menampung pasukannya yang tidak tertampung di Masjid ‘Amr ibn Ash, penakluk dan gubernur pertama Mesir. Masjid tersebut juga masih berdiri tegak sampai kini di pinggiran Kota Kairo.
Ketika Dinasti Tuluniyah mulai melemah yang mana tidak dapat mengontrol Sekte Qaramitah yang ada di Syiria, khalifah di Baghdad mengirim pasukan untuk menaklukan Syiria, memasuki Mesir, dan menundukan ibu kota Tulun, yakni Fustat (Kairo lama).
Dinasti Ikhsyidiyah (323-358 H/ 935-966 M) yang didirikan oleh Muhammad Ibn Tugj yang berasal dari Turki. Beliau menjadi gubernur Mesir sebagai hadiah dari Abbasiyah setelah dapat mempertahankan wilayah Nill dari serangan Kaum Fathimiyah. Namun serangan yang bertubi-tubi dari Dinasti Fathimiyah menyebabkan tidak lama memegang kekuasaan di Mesir dan akhirnya menyerah kalah di bawah Panglima Jauhar As- Saqili.
Setelah panglima Jauhar As-Saqili menduduki Mesir pada tahun 358 H, maka ia mengambil keputusan untuk memindahkan pusat pemerintahan dari Fustat, ke kota yang akan dibangun. Pada tanggal 17 Sya’ban 358 H (969 M), Jauhar As-Saqili memulai pembangunan kota baru untuk menjadi ibu kota Dinasti Fathimiyah. Kot ini mula-mul diberi nama kota “Mansyuriyah” dinisbatkan kepada Mansur Al-Mu’iz Lidinilah. Setelah Mu’iz sendiri sampai di Mesir, namanya diubah menjadi Qahirah Mu’iziyah.[13]
Bentuk kota Kairo ini hampir merupakan segi empat. Di  sekelilingnya dibangun pagar tembok besar dan tinggi, yang sampai sekarang masih ditemui peninggalannya. Pagar tembok ini  memanjang dari Masjid Ibn Thulun sampai ke Qal’at Al- Jabal, memanjang dari Jabal Al-Muqattam sampai ke tepi Sungai Nill.
Setelah pembangunan kota Kairo rampung lengkap dengan istananya, As-Saqili mendirikan Masjid Al-Azhar, 17 Ramadhan 359 H/970 M. Masjid ini berkembang menjadi sebuah universitas besar yang sampai sekarang masih berdiri megah. Nama Al-Azhar diambil dari Al-Zahra’, julukan Fathimiah, puteri Nabi Muhammad SAW dan istri ‘Ali ibn Abi Thalib, Imam pertama Syi’ah.
Dalam pemerintahannya Al-Mu’iz melaksanakan tiga kebijaksanaan besar, yaitu pembaharuan dalam bidang administrasi, pembangunan ekonomi, dan toleransi beragama. Dalam bidang administrasi, beliau mengangkat seorang wazir untuk melaksanakan tugas-tugas kenegaraan. Dalam bidang ekonomi, beliau memberi gaji khusus kepada tentara, personalia istana, dan pejabat pemerintahan lainnya. Dalam bidang agama, di Mesir diadakan empat lembaga peradilan, dua untuk Madzhad Syi’ah dan dua untuk Madzhab Sunni.
  1. Peradaban Islam di Kota Isfahan
Isfahan adalah kota terkenl di Persia, pernah menjadi ibu kota kerajaan Safawi. Kota ini merupakan gabungan dari dua kota sebelumnya, yaitu Jayy, tempat berdirinya Syhrastan kemudian, dan Yahudiyah yang didirikan oleh Buchtanashshar atau Yazdajir I atas anjuran istrinya yang beragama Yahudi. Ada beberapa pendapat tentang kapan kota ini ditaklukan oleh tentara Islam. Pendapat pertama mengatakan penaklukan itu terjadi pada tahun 19 H (640 M), dibawah pimpinan Abdullah ibn ‘Atban atas perintah Umar ibn Al-Khattab untuk menalkukan kota Jayy yang merupakan salah satu ibu kota provinsi Persia waktu itu.
Setelah beberapa peristiwa, penguasanya memilih msuk islam dari pada membayar pajak. Pendapat lain, yaitu Al-Thabari menyebutkan bahwa penaklukan itu terjadi pada tahun 21 H (642 M). Aliran Bashrah menyebutkan, penaklukan Isfahan terjadi pada tahun 23 H (644 M) di bwah pimpinan Abu Musa Al-‘Asy’ari yaitu setelah penaklukan Nahawand, atau di bawah pimpinan Abdullah ibn Badil yang menerima penyerahan kota itu dengan syarat pembayaran pajak. Penaklukan ulang terjadi pada masa khalifah Abbasiyah, Al-Mu’taz. Ketika tentara Abbasiyah berusaha memadamkan pemberontakan Al-Alawiyin di Tobaristan tahun 247 H(861 M). Sejak itu, kota ini menjadi kota penting sebagai ibu kota provinsi dan pusat industri dan perdagangan.
Ketika raja Safawi, Abbas I, menjadikan Isfahan sebagai ibu kota kerajaannya, kota ini menjadi kota yang luas dan ramai dengan penduduk. Sebagaimana telah disebutkan, kot ini terletk di atas sungai Zndah. Di atas sungai ini terbentang tiga buah jembatan yang megah dan indah, satu diantaranya terletak di tengah kota. Sementara dua lainnya di pinggiran kota.
Kota ini berbentuk bundar, pintunya ada empat dengan menara pengontrol sebanyak seratus buah. Letk tembok kota sekitar setengah Farsak (satu farsakh sekitar 8 km atau 3,5 mil). Di dalam kota ini terdapat bangunan menyerupai benteng, disekitrnya terdapat tambang terbuat dari perak yang sudah tidak berfungsi lagi sejak penaklukan tentara islam, dan juga tambang tembaga batu bahan celak. Ardashir, raja persia, pernah membangun irigasi untuk pengaturan air dari sungai Zandah, bernama Zirrin Rod, berarti sungai emas. Hingga sekarang, perekonomian negeri ini sangat tergantung kepada pertanian kapas, candu, dan tembkau.
Kota ini, sebelum berada di bawah kekuasaan Kerajaan Safawi, sudah beberapa kali mengalami pergantian penguasa, Dinasti Samani tahun 301 H/913 M, kemudian direbut Mardawij tahun 316 H/928 M dan memerdekakan diri dari kekuasaan Baghdad. Setelah itu jatuh ke tangan kekuasaan Bani Buwaih dan pada tahun  421 H/1030 M direbut oleh Mahmud Al-Ghznawi, penguasa Dinasti Ghaznawiah. Dari penguasa Ghaznawi ini, Isfahan lepas ke tangan penguasa Seljuk dan dijadikan sebagai tempt tinggal Sultan Maliksyah. Di awal abad ke-6 H/ 12 M, di kota ini Syi’ah Ismailiah banyak memperoleh pengikut. Pada tahun 625 H/ 1228 M terjadi pertempuran besar di sini, ketika tentara Mongol datang menyerbu negeri-negeri islam dan menjadikan Isfahan sebagai salah satu bagian dari wilayah kekuasaan Mongol itu. Ketika Timur Lenk menyerbu negeri-negeri islam kota ini ikut jatuh ke tangannya Tahun 790 H/ 1388 M dan 7000 penduduk terbunuh. Setelah itu kota ini dikuasai oleh Kerajaan Usmani tahun 955 H/1548 M, dan pada taahun 1134 H/ 1721 M, terjadi pertempuran antara Husein Syah, raj Safawi dengan Mahmud Al-Afghani, yang mengakhiri riwayat kerajaan Safawi sendiri. Pada tahun 1141 H/1729 M, kota ini berada di bawah kekuasaan Nadzir Syah.
Kerajaan Safawi berdiri di saat Kerajaaan Utsmani di Turki mencapai puncak kejyanya. Kerajaan Safawi berasal dari gerakan tharikat di Ardabil sebuah  kota di Azerbeijan (wilayah Rusia) yang berdiri hampir bersamaan dengan Kerajaan Usmani di Turki. Nama Safawiyah diambil dari nama pendirinya, Safi Al-Din (q252-1334 M). Kerajaan Safawiyah menganut ajaran Syi’ah dan di tetapkan sebagai madzhab negaranya. Safi Al-Din  keturunan dari Imam Syi’ah yang ke enam Mus Al-Kazim. Karena alim dan sifat zuhudnya maka Safi Al-Din diambil menantu oleh gurunya yang bernama Syekh Taj Al-Din Ibrahim Zahidi (1216-1301 M) yang di kenal dengan julukan Zahid Al-Gilani. Dalam waktu yang tidak lama tarekat ini berkembang pesat di Persia, Syiria, Asia kecil,
Masa kemajuan Kerajaan Safawi di Persia dalam bidang ekonomi, yaitu telah di kuasainya Kepulauan Hurmuz dan Pelabuhan Gumrun yang telah  di ubah menjadi Bandar Abbas pada masa Abbas I. Maka salah satu jalur dagang yang menghubungkan antara timur dan barat sepenuhnya menjadi milik kerajaan Safawi. Di samping sektor perdagangan kerajaan Safawi jug mengalami kemajuan di sektor pertanian terutam di diaerah Bulan Sabit Subur (fortille crescent).
Dalam bidang ilmu pengetahuan sejarah Islam bangsa Pesia di anggap berjasa besar dalam perkembangan ilmu pengetahuan. Maka tidaklah mengherankan apabila kondisi tersebut terus berlanjut, sehingga muncul ilmuwan seperti, Baha Al-Din Asy-Syaerozi, Sadar Al-Din Asy-Syaerozi, Muhammad Al-Baqir Al-Din ibn Muhammad Damad, masing-masing ilmuwan di bidang filsafat, sejarah, teolog, dan ilmu umum.
Kemajuan seni arsitektur ditandai dengan berdirinya sejumlah bangunan megah yang memperindah ibu kota ini, seperti masjid, sekolah, rumah sakit, kebun wisata, jembatan yang memanjang di atas Zende Rud dan Istana Chihilsutun.[19]

  1. Peradaban Islam di Kota Istambul
Kota Istambul adalah ibu kota Kerajaan Turki Usmani. Kota ini awalnya merupakan ibu kota Kerajaan Romawi Timur dengan nama Konstantinopel. Konstantinopel sebelumnya sebuah kota bernama Bizantium, kemudian diganti dengan nama Konstantinopel oleh Kaisar Romawi Timur, Kaisar Constantin.
Pada tahun 395 M, Kerajaan Romawi pecah menjadi dua, Romawi Timur dan Romawi Barat. Romawi Barat yang beribu kota di Roma (Italia) sedangkan Romawi Timur beribu kota di Konstantinopel.
Setelah Muhammad Al-Fatih menjadikan Istambul sebgai ibu kota kerajaan Turki Usmani, beliau melakukan penataan hal-ihwal orang-orang Kristen Yunani(Romawi). Dalam penataan tersebut beliau tetap memberikan kebebasan kepada pihak gereja, seperti yang dilakukan para pendahulunya dan mengakui agama lain sesuai dengan ajaran islam yang menghormati keyakinan suatu agama. Penduduk Istambul memang heterogen dalam bidang agama. Menurut sensus thun 1477, penduduk Istmbul berdasarkan agama adalah sebagai berikut: Muslim 8951 rumah tangga (60 %),   penganut Kristen Ortodoks (Yunani) 3151 rumah tangga( 21,5%), Yahudi 1647 rumah tangga (11%), lain-lain 1054 rumah tangga (7,5% ).
Sebagai ibu kota, di sinilah tempat berkembangnya kebudayaan Turki yang merupakan perpaduan bermacam-macam kebudayaan. Bangsa Turki Utsmani banyak mengambil ajaran etika dan politik dari bangsa Persia. Sebagai bangsa berasal dari Asia Tengah, Turki memang suka berasimilasi dan senang bergaul dengan bangsa lain. Dalam bidang kemiliteran dan pemerintahan, kebudayan Bizantium banyak mempengaruhi kerajaan Turki Utsmani ini. Namun, jauh sebelum mereka berasimilasi dengan bangsa-bangsa tersebut, sejak pertama kali mereka masuk islam bngsa Arab sudah menjadi guru mereka dalam bidang agama, ilmu, prinsip-prinsip kemasyarakatan dn hukum. Huruf Arab dijadikn huruf resmikerajan. Kekuasaan tertinggo memang berada di tangan Sultan, tetapi roda pemerintahan dijalankan oleh Shadr Al-A’zham (Perdana menteri) yang berkedudukan di ibu kota. Jabatan-jabatan penting, termasuk perdana menteri, seringkali justru diserahkan kepada orang-orang asal Eropa, dengan syarat menyatakan diri secara formal masuk islam.
Istambul merupakan pusat peradaban Islam pada masa kekuasaan Turki Usmani terpenting. Bukan saja pada keindahan kotanya akan tetapi juga karena di kota bekas kekuasaan Romawi Timur itu terdapat pusat-pusat kajian keilmuwan yang mendorong puncak kejayaan peradaban umat Islam.
Kemajuan di bidang intelektual di abad ke-19 pada masa pemerintahan Turki Usmani nampaknya tidak lebih menonjol dibandingkan bidang politik dan kemiliteran. Di antaranya terdapat dua buah surat kabar yang muncul yaitu, Berita harian Takvini Veka dan jurnal Tasviri Efkyar serta Terjumaning Ahval  dalam bidang pendidikan terjadinya transformasi yaitu dengan mendirikan sekolah-sekolah dasar dan menengah tahun 1861 dan perguruan tinggi 1869, juga mendirikan fakultas kedokteran dan hukum. Di samping itu mengirimkan para pelajar yang berprestasi ke Perancis untuk melanjutkan studinya yang sebelumnya tidak pernah terjadi. Dalam bidang saatra dan bahasa muncullah sastrawan-sastrawan dengan hasil karyanya setelah menamatkan studi di luar negeri. Di antaranya Ibrahim Shinasi pendiri surat kabar Tasviri Efkyar.[23]   
Di masa Dinasti Usmani, Turki meliputi sebagian negara Eropa, Asia Tengah, Afrika dan semenanjung Arab. Namun pada akhirnya mengalami kemunduran. Belakangan hanya Turki saja sebagai wilayah dinasti tersebut. Kemunduran tersebut lebih disebabkan adanya pertentangan internal Dinasti Usmani serta pemberontakan dan upaya pelepasan diri dari negeri- negeri jajahan. Pada masa Sultan Salim III (1789-1807) diupayakan  birokrasi namun mengalami kegagalan. Kegagalan Turki dalam upaya pembaharuan tersebut dikecam oleh Eropa Barat sebagai “The Sick Man of Europe” (orang sakit Eropa).
5.      Delhi (India).
Delhi adalah ibu kota kerajaan-kerajaan islam di India sejak tahun 608 H/1211 M (kecuali beberapa kali dalam waktu yang tidak lama, yaitu ketika ibu kota pindah ke Dawlatabad, Agra, dan Lahore) sampai kerajaan Mughal runtuh oleh inggris pada tahun 1858. Sebagi ibu kota kerajaan-kerajaan islam, Delhi juga menjadi pusat kebudayaan dan peradaban islam di anak benua India.
Kota ini terletak dipinggir sungai jamna. Sebelum islam masuk kesana, delhi berada dibawah kekuasaan keturunan Johan Rajput. Tahun 589 H (1193 M), kota ini ditaklukkan oleh Quth Al-Din Aybak dan tahun 602 H (1204) ini dijadikan ibu kota kerajaan tersendiri olehnya. Dinasti Mamluk ini berkuasa sampai tahun 689 H (1290 M), kemudian diganti oleh dinasti Khalji (1296-1316 M), setelah itu, dnasti tughlug (1320-1413 M). Babur, Raja mughal pertama, merebut Delhi dari tangan dinasti Lodi. Setiap dinasti islam memperluas kota itu dengan mendirikan “kota-kota” baru di Delhi semula, yaitu kota yang berada di dalam benteng Lalkot. Delhi sekarang mencangkup semua kota-kota baru itu. Semuanya dikenal sebagai “Tujuh Kota Delhi”.
 Dinasti Mamluk mendirikan sebuah menara yang tingginya 257 kaki, dikenal dengan nama menara “Qutb Manar”, bukan saja sebagai tempat azan tetapi juga, sebagai tugu kemenangan dan sebuah masjid dengan nama masjid “Qutb Al-Islam”, Mamluk juga memperluas tembok kota Hindu itu dengan apa yang dikenal dengan kota Kil’a Ray Pithora. Inilah “kota” pertama dari tujuh “kota” Delhi tersebut.
Sementara itu, raja pertama dinasti tughlug mendirikan Tughlughabad, sekitar 8 km di sebelah Timur Kil’a Ray Pithora, yang kemudian dijadikannya sebagai pusat pemerintahan tahun 720 H/1320 M. Di Tengah Tughlugabad didirikan istana, Masjid, Perumahaan , Perkantoran, dan jalan-jalan, yang dikelilingi oleh benteng yang kuat. Dinasti ini juga membangun jalan-jalan yang ditinggikan, membentuk pita disebelah tenggara, untuk memelihara danau. Muhammad ibn Tughlug juga melaksanakan sebuah proyek raksasa, yaitu mendirikan Adilabad yang kemudian dikenal dengan kota Jahanpanah.
Setelah delhi dihancurkan oleh tentara Timur Lenk, kekuasaan raja-raja yang berkedudukan di Delhi merosot tajam. Ketika itulah dinasti Lodi menganbil kota Agra sebagai ibu kota sementara delhi menjadi kota yang kurang penting. Kota Agra itu pula untuk pertama kalinya menjadi ibu kota kerajaan Mughal. Ketika Babur mengalahkan dinasti Lodi. Delhi baru menjadi ibu kota kerajaan Mubhal pada masa Humayun (1530-1516), seorang raja yang cinta ilmu dia wafat karna jatuh dari tangga perpustakaannya raja lainnya, syah Jeha (1628-1658 M)mendirikan kota Syah Jahanabat inilah kota terakhir dari “kota” itu .
6.      Andalus (spanyol )
Kota-kota islam yang masyhur yang menjadi pusat perdaban islam di spanyol diantaranya adalah.
1.      Kordova
Terletak di sebelah selatan lereng gunung Sierra De Cordova dan di tepi sungai Guadaquivir. Sebelum spanyol di taklukkan oleh tentara islam tahun 711 M, kordova adalah ibu kota kerajaan Kristen Visigoth, sebum dipindahkan ke Toledo penaklukkan spanyol oleh pasukan islam terjadi pada masa khalifah Al-Walid ibn Abd Al-Malik, dibawah pimpinan Tarik ibn Ziad dan Musa ibn Nusyair pada tahun 756 M, kota ini menjadi ibu kota dan pusat pemerintahan Bani Umayyah, setelah Bani umayyah di Damaskus jatuh ketangan Bani Abbas tahun 750 M. Penguasa Bani Umayyah pertama di spanyol adalah Abd Al-Rahman Al-Dakhil kekusaan Bani Umayyah di Andalus berlangsung dari tahun 756 M sampai 1030 Mdimasa Bani Umayyah banyak bangunan baru yang didirikan seperti istana dan masjid-masjid. Sebuah jembatan dengan gaya arsitektur islam menghubungkan kordova dengan daerah pinggiran disebelah sungai disebelah barat jembatan berdiri istana Al-Cazar mencapai puncaknya pada masa pemerintahan Abdul Abd Al-Rahman Al-Nashir dipertengahan abad ke 10 M, kordova terkenal juga sebagai pusat kerajinan barang-barang dari perak sulaman-sulaman dari sutra dan kulit. Kordova juga menjadi pusat pengetahuan dikota ini berdiri unyversitas cordova dikota ini terdapat perpustakan besar yang mempunyai koleksi buku sekitar 400 rb judul.
Pada tahun 1236 M kordova direbut oleh tentara Kristen dibawah pimpinan Ferdinand III dari castila, setelah itu peradaban islam dispanyol mengalami zaman kemunduran.
2.      Granada
Terletak ditepi sungai genil dikaki gunung Sierra Nevada berdekatan dengan pantai laut Mediterania. Semula adalah tempat tigal orang Iberia kemudian menjadi kota orang Romawi dan baru terkenal setelah ditangan berda ditangan orang-orang islam. Kota ini di taklukkan oleh tentara Bani Umayyah dibawah pimpinan Tarik Ibn Ziyad dan Musa Ibn Nushair pada tahun711 M kota ini disebut Andalusia atas setelah Bani Umayyah mengalami kemunduran pada tahun 1031 M Granada diperintah oleh dinasti setempat yaitu dinasti Zirids. Setelah itu, Granada jatuh dibawah pemerintahan Al-Murabithun yang berkuasa sampai tahun 1149 M pada abad ke 12 Granada menjadi kota terbesar ke 5 dispanyol. Struktur penduduknya terdiri dari bangsa arab (Islam), Barbar (Kristen), Spanyol(Yahudi). Sejak abad ke 13 Granada di perintah oleh dinasti Nasrid selama lebih kurang 250 Tahun pada masa itu dibangu istana Al-Habra yang indah dan menggah yang dibangun oleh arsitek-arsitek muslim pada tahun 1238-1358 M pada masa pemerintahan Muhammad V (1354-1391 M) Granada mencapai puncak kejayaan, tetapi akhir abad ke 15 kota ini jatuh ketangan penguasa Kristen pada tahun 1492 kepada Ferdinand dan Isabella selanjutnya tahun 1610 M orang-orang islam diusir dari kota ini oleh penguasa Kristen.

7.      Samarkand dan Bukhara
Samarkand terletak disebelah selatan sungai Al-Saghad menurut berita kota ini telah di duduki oleh iskandar ketika berperang melawan Spitamenes tahun 323 M kota ini menjadi bagian dari kekuasaan yang berpusat di Bactria setelah itu brdiri kerajaan Graeco Bactrial pada masa Anthiocus II Theos. Sejak itu hubungan politik dan ekonomi antara Samarkand-Persia-Cina putus meskipun hubungan dalam bidang budaya masih berlanjut.
Kota Bukhara di pekirakan sudah ada ketika Iskandar datang terlihat dari bangunan-bangunan kuno pengaruh Persia sudah lama tertanam. Samarkand pernah diperintah oleh Tharkhun(cina:to-hoen) ia mengadakan perjanjian damai dengan Qutaibah dan berjanji untuk membayar pajak kepada pemerintahan islam di Damaskus di bawah dinasti Bani Umayyah namun, penduduk Samarkand marah dan menurukan Tarkhun dari kekuasaannya lalu diganti oleh Ikhsyiz Ghurik setelah itu pada tahun 93 H Qutaibah dan pasukannya mengepung kota tersebut dan membolehkan Ikhsyiz tetap pada posisinya sejak itu Samarkand dan Bukhara menjadi batu loncatan untuk melancarkan Espansi Islam lebih luas melalui banyak pertempuran di negri Transoxiana
Tahun 204 H Al-Ma’mun khalifah dari dinasti Bani Abbas yang berpusat dibaghdad menyerahkan urusan pemerintahan Samarkand dan Bukhara pada keluarga Asad Ibnu Saman. Dalam pemerintahan Samaniah Samarkan menjadi pusat perdagangan dan kebudayaan Islam masyarakatnya hidup makmur dan sejahtera. Ketika itu Samarkand penghasilan utama kota Samarkand adalah kertas sedangkan Bukhara terkenal dengan perdagangan dan industri tenunnya ada 2 makam yang masih dihormati dan dikunjungi orang yaitu, makam Khasim Ibn Abbas dan Baha Al-Din-Al Naqsyabandi yang wafat pada abad ke-8 H (14 M). perlu disebutkan juga, seorang ulama terkenal pada masa itu, Abu Manshur Al Maturidi, wafat di Samarkand pada tahun 333 H (944 M) dan muridnya bernama Abu Al-yusr Muhammad Al-Bazdawi (421-493 H/1030-494 M) di Bukhara, dan ulama lainnya yang terkenal di Bukhara adalah ahli Hadits yaitu Imam Al Bukhari terkenal di dunia Islam yang menulis kitab Shahih Al-Bukhari  Bukhara memang dikenal sebagai pusat ilmu-ilmu keagamaan Islam.      
                












Pendidikan Islam Dalam Pemikiran Syeikh Ahmad Syurkati



A. SEJARAH HIDUP DAN LATAR BELAKANG SYAIKH AHMAD SYURKATI

1. Di Sudan

      Ahmad Syurkati lahir di Desa Adfu, Jazirah Arqu, daerah Dongula, Sudan pada tahun 1292 H/1875 M. Dia diyakini masih keturunan Jabir bin Abdullah al-Ansari dari seorang bapak yang bernama Muhammad.
Dengan demikian nama lengkapnya adalah Ahmad Muhammad Syurkati al-Anshari. Dan kemudian lebih dikenal dengan sebutan Syaikh Ahmad Syurkati. Sedang Syurkati berarti banyak kitab (dalam bahasa setempat Sur artinya kitab, dan Katti artinya banyak ).Beliau berasal dari keluarga terpelajar dalam ilmu agama Islam. Menurut penuturan saudara kandungnya, Syurkati sejak kanak-kanak telah ditandai kelebihan berupa kejernihan pikiran dan kecerdasan. Dan hal ini cenderung membuat ayahnya memperlakukan dia lebih istimewa dari saudara-saudara kandung lainnya.3 Bentuk dari perlakuan istimewa ayahnya diantaranya adalah diajaknya dia dalam majelis-majelis ilmiah yang dihadiri para guru agama. Di samping itu sejak kecil dia juga menghafal Al-Qur’an dengan kecerdasan di atas teman-temannya. Namun demikian tidaklah dapat dipungkuri bahwa Syurkati kecil juga butuh bermain seperti layaknya teman-teman seusianya. Pada waktu jam menghafal yaitu sesudah shalat shubuh di Masjid al-Qaulid ia tidak datang dan tidak hanya sekali, tapi dua kali berturut-turut. Hal tersebut membuat pimpinan masjid marah dan memerintahkan untuk mencari dan membawanya menghadap. Setelah sekian lama dicari ternyata Syurkati dalam keadaan tidur nyenyak di suatu bilik. Pimpinan masjid lengsung menghukum dia dengan berdiri di depan teman-temanya dan mendengarkan teman-teman yang menghafak Al-Qur’an. Dan setelah temen-temannya selesai giliran Syurkati yang menghafal ayat yang dihafal teman-temannya dan ternyata ia sudah hafal dengan benar. Sekilas tentang masa kecil Syurkati. Setelah dari masjid al-Qaulid ayahnya mengirim Syurkati ke Ma’had Sharqi Nawi. Setelah tamat dari ma’had tersebut ayahnya mermaksud mengirim putranya melanjutkan ke Al-Azhar supaya dapat meneruskan kedudukan ayahnya dan memperoleh gelar Al-Azhari. Tapi kemudian hal tersebut tidak terlaksana karena pemerintah Mahdi yang pimpinannya dikenal dengan nama Abdullah al-Ta’ayishi pada waktu itu melarang siapa saja orang Sudan pergi ke Mesir. Hal tersebut tidak membuat putus asa bagi seorang Syurkati untuk tetap menuntut ilmu. Sehingga pada tahun 1314 H/1896 M beliau menuju Makkah6 untuk menuntut ilmu yang lebih tinggi. Di Makkah inilah hubungan dengan keluarganya di Sudan putus akibat putusnya jalan haji antara Sudan dan Hijaz. Baru pada tahun 1316 H/1898 setelah tentara Mesir dan Inggris memasuki negeri Sudan, hubungan itu terjalin kembali. Namun seorang temannya menyatakan bahwa Syurkati di Makkah tidaklah lama dan meneruskan perjalanannya ke Madinah.





2. Di Madinah

      Kota ini adalah salah satu kota pusat perkembangan ilmu agama Islam pada waktu itu. Sampai sekarang kota ini diyakini sebagai kota suci kedua setelah kota Makkah. Di kota ini terdapat masjid Nabawi yang di dalamnya terdapat makam nabi Muhammad SAW, yang setiap saat dikunjungi para peziarah atau jama’ah haji. Dapat dikatakan dalam kota inilah beliau menimba ilmu agama Islam. Beliau bermukim di Madinah selama empat setengah tahun untuk memperdalan ilmu agama Islam dan bahasa Arab.8 Pendapat lain mengatakan bahwa beliau di Madinah selama empat tahun. Diantara guru-guru beliau di Madinah adalah Syaikh Salih dan Syaikh Umar Hamdan ( dua ulama’ besar ahli hadits asal Maroko ). Beliau juga belajar Al-Qur’an pada ulama’ ahli qira’at yaitu Syaikh Muhammad al-Khuyari al-Maghribi;belajar fikih pada Syaikh Ahmad bin al-Haji Ali al-Mahjub dan Syaikh Mubarak al-Nismat; dan berguru bahasa arab dari ahli bahasa yang bernama Syaikh Muhammad al-Barzanji. Namun beliau tidaklah seperti kebanyakan orang. Setelah merasa cukup memperoleh ilmu, beliau tidak bermaksud pulang ke Sudan. Beliau bertekad melanjutkan menuntut ilmu di Makkah.


4. Di Indonesia

      Proses kedatangannya ke Indonesia tak bisa lepas dari proses yang terjadi dalam Jami’ah al-Khairat. Pada awal abad ke-20 merupakan babak baru bagi umat Islam di Indonesia, karena waktu itu mulailah masuk paham-paham pembaharuan ke Indonesia. Meskipun tekanan demi tekanan terhadap umat Islam di Indonesia dilakukan oleh Kolonial Belanda makin hebat dari berbagai kebijakan yang mempersempit ruang gerak umat Islam diantaranya larangan menerima buku-buku atau selebaran dari luar negeri. Karena dikhawatirkan dapat membangkitkan semangat Pan Islamisme di Indonesia.  Proses dan perjalanan ibadah hajipun menjadi pekerjaan colonial Belanda yang tidak bisa dianggap ibadah biasa. Dalam sejarah, setelah dipergunakan kapal uap sebagai alat transportasi laut pada abad ke-19 dan terutama setelah terusan Suez dibuka pada tahun 1869, jumlah jamaah haji Indonesia bertambah. Hal tersebut membuat tidak tenang colonial Belanda. Dikhawatirkan semangat Islam yang anti segala bentuk penindasan akan tumbuh dengan perginya umat Islam ke Mekkah. Memang pada kenyataannya, ibadah haji pada waktu itu berperan ganda. Disamping sebagai ibadah mahdhah, juga dimanfaatkan sebagai media penyaluran ide-ide pembaharuan dari Timur Tengah. Dalam konteks inilah Jami’ah al-Khairat menjadikannya sebagai media untuk memdatangkan guru-guru agama dari Timur Tengah khususnya Arab Saudi.
      Dengan proses seperti di atas Ahmad Syurkati akhirnya datang ke Indonesia sebagai guru bagi Jami’ah al-Khairat pada tahun 1911. Kedatangan beliau disambut gembira dan penuh hormat oleh pengurus dan warga Jami’ah al-Khairat. Bahkan dalam sejarahnya Syaikh Muhammad bin Abd al-Rahman Shihab menyerukan kepada nasyarakat Arab untuk menghormati beliau. Penghormatan tersebut tidak hanya karena beliau berilmu tinggi, tapi lebih dari itu karena beliau memikiki kesabaran, ketekunan dan keikhlasan dalam mengajar dan mengembangkan Jami’ah al-Khairat.



B.   IDE- IDE PEMBAHARUAN PENDIDIKAN SYAIKH AHMAD SYURKATI

      Dengan latar belakang keluarga, pendidikan, dan sosial budaya yang terurai seperti di atas secara umum pemikiran beliau dapat dikategorikan dalam beberapa hal. Mulai dari bidang keorganisasian tauhid, hukum Islam dan dalam karya-karya beliau dan yang paling menonjol dalam bidang pendidikan. Dan secara rinci akan kita bahas dalam poin-poin di pembahasan selanjutnya. Pada awal abad ke-20 Ahmad Syurkati tidak hanya dikenal sebagai pemimpin terkemuka masyarakat Indonesia keturunan Arab, tetapi juga
sebagai tokoh reformasi Islam yang banyak dipengaruhi oleh pemikiran pembaharuan Muhammad Abduh. 19Gerakan beliau dimulai dari imigran Arab di Indonesia yang berasal dari Hadramaut. Pada abad ke-19 penduduk Arab Hadrami meningkat pesat yang dibarengi dengan masalah ekonomi. Sedangkan sifat dari masyarakat Hadrami yang suka merantau dan berdagang. Maka berdatanganlah orang-orang Arab Hadrami ke Indonesia untuk berdagang, yang ditunjang transportasi dari Timur Tengah ke Indonesia yang semakin mudah. Disamping itu mereka mengembangkan ajaran Islam yang cenderung mengarahkan praktek beragama pribumi yang heterodoks ke arah yang ortodoks.
Selain itu beliau juga memgembangkan beberapa hal, diantaranya adalah adanya perbedaan antara sayyid dan non-sayyid, dan juga mereka menganjurkan kepada kaumnya untuk bertawassul (perantara), sehingga mereka menjadi penghubung antara manusia dengan Tuhan. Di antara pemikiran Syaikh Ahmad Syurkati adalah sebagai berikut :

1.   Memperjuangkan hak sesama muslim
2.   Mendasarkan pemikiran kepada Al-Qur’an dan Hadits
3.   Memperjuangkan dan mementingkan bahasa Arab sebagai ilmu alat untuk memahami sumber-sumber Islam
4.   Menekankan pengembangan jalan pikiran anak didik dengan cara menekankan kepada pengertian dan daya kritis, bukan hafalan. Hal tersebut juga diterapkan pada pelajaran lain seperti sejarah, ilmu bumi dan lain-lain.
5.   Menggunakan alat peraga dalam menyampaikan pelajaran, terurama gambar-gambar manusia, yang sebagian tradisi lain melarangnya. Dan ide pembaharuan ini mulai muncul ketika ketika beliau berada dalam organisasi modern masyarakat Arab di Indonesia. Organisasi modern tersebut adalah al-Jami’at al-Khairat, yang akan dibahas pada pembahasan berikutnya yang berada dalam organisasi ataupun dalam karya-karya beliau.

Beberapa lembaga yang pernah beliau geluti adalah sebagai berikut :

1. AL JAMI’AT AL KHAIRAT

      Al Jami’at Al Khairat berdiri pada tanggal 17 juli 1905 yang beranggotakan mayoritas orang-orang Arab yang tidak menutup kemungkinan untuk setiap muslim menjadi anggota tanpa diskriminasi asal usul.


2. AL-IRSYAD
     
      Syaikh Ahmad Syurkati seperti dibahas di atas hanya bertahan dua tahun di Jami’ah Khair. Rencananya beliau akan langsung kembali ke Makkah meruskan pendidikannya yang sempat terhenti karena panggilan jihad di Indonesia. Namun niat beliau di cegah oleh sahabatnya terutama Syaikh Umar Yusuf Manggus dan akhirnya diurungkanlah niatnya tersebut.26 Sehingga pada tanggal 17 Juli 1914 di Jakarta beliau mendirikan organisasi yang dinamakan al-Islah wal-Irsyad yang kemudian dikenal dengan al-Irsyad.
Tujuan organisasi ini adalah untuk memajukan pelajaran agama Islam yang murni di kalangan bangsa Arab di Indonesia. Disamping itu juga bergerak dalam bidang sosial, dan dakwah Islam. Sebagaimana organisasi lainnya Al-Irsyad juga mempunyai prinsip-prinsip sebagai berikut :
a.   Meneguhkan doktrin persatuan dan membersihkan shalat dan do’a dari kontaminasi unsur politeisme
b.   Mewujudkan kesetaraan di antara kaum muslim dan mencari dalil yang shahih, serta mengikuti jalan yang salaf untuk semua masalah yang diperdebatkan
c.   Memerangi taqlid buta, yang bertentangan Qur’an dan Hadits
d.   Menyiarkan pengetahuan alam dan budaya Arab yang sesuai dengan Islam
e.   Mencoba menciptakan pemahaman dua arah antara muslim Arab dengan Indonesia.

      Dalam bidang pendidikan misalnya banyak berdiri sekolah al-Irsyad di daerah-daerah di seluruh Indonesia.29 Disamping itu juga memberikan beasiswa untuk studi ke luar negeri terutama ke Mesir. Tapi tidak seperti yang diharapkan. Lulusan dari luar negeri tidak banyak berperan dan justru yang banyak berperan yang studi dengan biaya sendiri, terutama dalam pengembangan pembaharuan. Pengembangan ini dilakukan dengan tabligh, pertemuan-pertemuan, menerbitkan buku dan pamflet. Dan akan kita bahas yang lebih mendalam dalam pembahasan berikutnya. Sementara dalam bidang keagamaan gagasan pembaharuan terlihat dalam Majalah Az-Zakhirah yang berisi pertanyaan yang datang dari penjuru tanah air dalah hal Ushul dan Furu’ agama, berisi tentang pembongkaran hadits-hadits palsu dan dhai’f yang dipergunakan dalam mempertahankan beberapa hukum ibadah dan muamalat di Indonesia. Yang pada prinsipnya Syaikh Ahmad Surkati mengajak unat Islam kembali pada Al-Qur’an dan Hadits serta menentang pendapat yang memutuskan pintu ijtihad tertutup dan cukup berpegang pada madzhab empat fiqih. Menurut beliau hukum Islam sebenarnya terus berkembang sepanjang zaman.


3. KARYA-KARYA SYAIKH AHMAD SYURKATI

      Disamping sebagai guru, pendidik, ulama, dan tokoh pergerakan Islam, beliau juga seorang penulis yang produktif. Beliau mampu menulis berbagai cabang ilmu diantaranya aqidah, ibadah, kandungan al-Qur’an dan al-Hadits. Sebagian karya-karyanya dibuat dalam raangka menyanggah paham keagamaan yang beliau anggap menyimpang dari al-
Qur’an dan sunnah. Diantara karya-karya tersebut ada yang berbentuk risalah maupum berbentuk artikel di majalah maupun surat kabar. Karena menurut beliau masih banyak perbuatan-perbuatan beragama Arab Hadramaut yang menyimpang, yang seharusnya ditujukan kepada Allah tapi ditujukan kepada yang lainnya. Diantaranya adalah sebagai berikut :
1.   Shalat, puasa, haji, dan sedekah yang dikerjakan bukan karena Allah
2.   Penyembelihan yang bertujuan untuk mengagungkan, dalam pandangan kerohanian, atau untuk menolak keburukan, misalnya dihadiahkan kepada jin atau yang lainnya menurut Ahmad Syurkati adalah syirik.
3.   Bernadzar karena selain Allah.
4.   Istighatsah (mohon bantuan pertolongan) kepada selain Allah
5.   Bersumpah kepada selain Allah
6.   Berdo’a kepada selain Allah
7.   Takut kepada selain Allah.
8.   Mengharamkan yang dihalalkan Allah dan menghalalkan apa yang diharamkan Allah.
9. Memakai jimat atau benda bermantera yang diyakini berkekuatan ghaib untuk kepentingan tertentu.

      Di antara karya Ahmad Syurkati baik dalam bahasa Arab maupun yang suda diterjemahkan dakam bahasa Indonesia, baik yang sudah diterbitlan maupum yamg disimpan murid-murid beliau adalah sebagai berikut :

a. Risalah Surat al-Jawab ( 1915 )

      Risalah ini merupakan jawaban dari H.O.S Tjokroaminoto ( pimpinan surat kabar Suluh Hindia sehubungan makin meluasnya pembicaraan tentang kafa’ah. Ahmad Syurkati berpendapat bahwa seorang wanita syarifah yang menurut golongan Alawi ( adalah keturunan Nabi ) tidak boleh menikah dengan laki-laki selain Alawi adalah salah. Tidak ada ayat dan hadits nabi yang menyatakan seperti itu. Beliau mengajak agar kafa’ah diletakkan pada orientsi ajaran Islam yang lebih luas, yiatu musawah ( persamaan ). Dengan demikian tidak ada keutamaan seseorang atas dasar keturunan. Dan hal ini membuat reaksi keras dari kalangan Arab Hadrami golongan Alawi.

b. Risalah Taujih al-Qur’an ila Adab al-Qur’an ( 1917 )

      Risalah ini berisi penguatan pemikiran beliau pada risalah di atas, antara lain :
Pertama, kedekatan pada nabi Muhammad bukan berdasarkan atas keturunan, tapi lebih dari itu berdasarkan ketekunan dan kesungguhan dalam mengikuti jejaknya. Kedua, kedekatan pada Nabi lebih ditekankan pada ketekunan dan kesungguhan dalam menjalankan ilmu dan agama. Ketiga, berisi tentang kritik terhadap kebodohan dan penyimpangan terhadap ajaran agama. Yakni denga adanya kelompokkelompok yang membanggakan diri sebagai keturunan Nabi dan memandang rendah umat Islam lainnya.

c. Al-Dakhirah al-Islamiyah ( 1923 )

      Merupakan majalah bulanan yang beliau pimpin dan dibantu oleh Muhammad Nur al-Anshari sebagai administrator. Majalah ini terbit pada tanggal 1 Muharam 1342 H/Agustus 1923 dan terbit hingga 10 edisi. Majalah ini merupakan penyaluran pemikiran beliau pada masyarakat Muslim Indonesia. Dalam pendahuluan diantaranya beliau menuliskan tentang dasar-dasar perbuatan beragama yang dipandang salah, misalnya perbuatan itu ternyata didasarkan pada hadits yang palsu. Disamping itu, beliau juga menyatakan bahwa Islam yang bisa cocok atau bersesuain denga segala bangsa dan waktu. Yang terakhir beliau menghimbau untuk melakukan gerakan yang berorientasikan
pendidikan dalam arti yang luas. Diantara artikel Ahmad Syurkati yang pernah dibuat tersebut adalah sebagai berikut :
1.      Tulisan tentang fatwa-fatwa yang berisi jawaban atas pertanyaanpertanyaan yang oleh kaum muda dipandang sebagai bid’ah atau khurafat, misalnya ushulli, tawassul qubur, jimat, talqin, manaqib, berdiri pada saat pembacaan shalawat nabi.
2.      Kitab hak-hak suami istri
3.      Al-Qur’an dan Buddha
4.      Tadsir surat al-Fatihah
5.      Hadits lemah dan Dusta
6.      Golongan al-Irsyad dan golongan Sayyid di Jawa
7.      Khilafat
8.      Berbagai bertuk nasihat dan peringatan, misalnya “Seruan”, “Penutur Kata”, “Peringatan”, “Tegoran”, dan Keteranganketerangan”.

d. Al-Masail al-Tsalat ( 1925 )

      Tulisan ini berisi pandangan Ahmad Syurkati tentang tiga masalah yang berhubungan dengan pemurnian ajaran agama Islam, yaitu tentang ijtihad dan taqlid, sunnah dan bid’ah, serta tentang zayarat al-qubur, dan tawassul melalui nabi dan orang-orang yang dipandang saleh. Tulisan ini dibuat dalam rangka persiapan dalam forum debat denga wakil golongan Alawi yaitu Ali al-Thayib yang mengaku sebagai alumnus Al-Azhar dan pernah menjadi sekretaris Fatwa al-Syafi’iyyah di Madinah. Perdebatan yang telah direncanakan Persis tersebut gagal karena Ali menghendaki perdebatan dilakukan di Masjid Ampel Surabaya. Namun setelah Ali membaca tulisan tersebut menyatakan telah memahami pandangan Syurkati, sehingga tidak perlu lagi mengadakan forum yang telah direncanakan.

e. Al-Wasiyyat al-Amiriyah ( 1918 )

      Merupakan buku yang berisi tentang anjuran berbuat kebajikan. Buku ini dapat juga digunakan sebagai pegangan ajaran akhlak yang didasarkan pada Al-Qur’an dan Hadits. Pada setiap pasal pada buku ini diawali dengan ayyyuha al-Mu’minun oleh G.F Pijper disamakan dengan karya Al-Ghazali yang berjudul Ayyuha al-Walad. Buku ini diterbitkan di Surabaya.

f. Zedeleer Uit Den Qoran ( 1932 )

      Buku ini berbahasa Belanda terjemahan dari risalahnya yang bejudul al-Adab al-Qur’aniyyah yang berisi tentang nukilan ayat-ayat al-Qur’an yang berhubungan dengan akhlaq yang diberi komentarkomentar dan disertai dengan hadits Nabi. Dalam proses
penterjemahan dibantu oleh Ch. O. Van Der Plas dan diberi pengantar oleh Voorzitter Hoofbestuur Jong Islamieten Bond. Yang menurut Van Der Plas buku ini ditujukan kepada orang-orang yang berlatar belakang pendidikan Barat.

g. Al-Khawatir al-Hisan ( 1941 )

      Merupakan kumpulan sajak-sajak kenangan terhadap para sahabatnya seperjuangan termasuk pendiri Muhammadiyah dan tokoh Persis A. Hasan. Pada saat itu beliau telah beruasia lanjut dan mengalami sakit mata yang akhirnya menyebabkan kebutaan. Walaupun usaha telah dilakukan, namun akhirnya pada awal bulan Rajab 1359 H/1940 M beliau menerima pasrah dan beristirahat di Bogor. Sajak-sajat ini hampir semua dilandasi pengalaman beliau ketika beliau melakukan perjalanan sebagai penilik ke daerah-daerah.
Dalam perjalanan beliau banyak bertemu dengan kader-kader dan tokoh-tokoh reformis lainnya, walaupun tidak menyebutkan satu persatu nama orang yang masuk dalam kenangan belaiu. Misal dari sajak-sajak beliau :
Dan arahkan tujuanmu ke arah Bangil, kepada seorang cerdik pandai dan mereka berada dalam satu organisasi.
Di antara daerah atau kota yang terkenang dalam sajak beliau dan pernah beliau kunjungi adalah Jakarta, Bandung, Sukabumi, Cirebon, Purwakarta, Solo, Yogyakarta, Surabaya, Bogor, Brebes, Tegal, Pemalang, Comal, Indramayu, Pekalongan, Surabaya, Bangil,
Pasuruan, dan Bondowoso. Disamping sajak di atas beliau juga memperingatkan adanya
watak tercela yang masih selalu muncul di kalangan Arab Hadrami di Indonesia :
Orang-orang pelit berrpandangan bahwa harta adalah
kemuliaan. Padahal harta itu bencana dan hina bagi si
penumpuknya.

h. Fatwa kepada Muhammadiyah

      Fatwa ini dikeluarkan atas permintaan PP Muhammadiyah ketika menghadapi Muktamar Tarjih Muhammadiyah pada tahun 1939. Dan oleh pengurus Al-Irsyad makalah itu diberi judul Fatwa Sech As-Surkaty kepada PP Muhammadiyah.

i. Muhadharat Islamiyah (1937 )

      Atas permintaan murid-muridnya beliau memberikan kuliah umum yang berjudul Muhadharat Islamiyah tentang tafsir. Adapun isi dari kuliah umum tersebut adalah sebagai berikut :
1) Penguasaan Ilmu
Beliau menjelaskan bahwa agar diperoleh pengertian yang luas tentang penafsiran, seorang mufassir harus konsultasi dengan berbagai macam ilmu, baik ilmu agama Islam maupum Ilmu umum.
2)   Pendekatan Ma’tsur
Di samping menggunakan uraian kebahasaan Ahmad Syurkati juga menggunakan pendekatan ma’thur yaitu menafsirkan ayatayat Al-Qur’an berdasarkan atas keterangan dari Al-Qur’an sendiri dan dari Hadits.
3)   Pendekatan Tauhid
Pendekatan lain yang dipandang sangat penting dalam kuliah beliau adalah pendekatan tauhid. Sebagai contoh adalah sebagai berikut : Iyyaka na’bud wa iyyaka nasta’in artinya katakannlah demikian secara lisan sesuai dengan perbuatan dan keyakinan. Dan maka Iyyaka na’bud wa iyyaka nasta’in ialah kami menyembah hanya kepada Engkau sendiri dan tidak menyekutukanMu semata dan tidak meminta pertolongan kepada orang lain, siapapun dalam kepentingan urusan kita dengan pertolongan yang siatnya ghaib atau kerohanian, tidak dengan pertolongan raja, tidak pula nabi atau wali, ataupum jin dan lainnya.  Karena menurut beliau masih banyak perbuatan-perbuatan beragama Arab Hadramaut yang menyimpang, yang seharusnya ditujukan kepada Allah tapi ditujukan kepada yang lainnya.

      Syaikh Ahmad Syurkati wafat pada hari kamis tanggal 16 September 1943 pukul 09.00 di kediamannya, yang sekarang ini Jalan KH. Hasyim Asy’ari No. 25 Jakarta., dan dimakamkan di pemakaman Karet Tanah Abang Jakarta.



C. PEMIKIRAN SYAIKH AHMAD SYURKATI DALAM BIDANG PENDIDIKAN

      Pada masanya Ahmad Syurkati sudah mengkaji secara langsung tentang kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta pandangan hidup yang melatarbelakangi kemajuan Barat. Menurut Donald E. Smith bahwa Ahmad Syurkati dan para reformis lainnya menerima nilai-nilai budaya dinamis kemajuan Barat, karena dianggap sesuai dengan nilai-nilai Islam. Sehingga penerimaan tentang rasionalisme, sains, material progress, individual freedom dan demokrasi adalah kembali pada bertuk Islam yang asli. Mata rantai ini bersumber dari Ibnu Taimiyah dan Ibnu Qoyyim. Menurut G.F. Pijper yang pernah belajar agama pada Ahmad Syurkati mengatakan adanya pengertian antara beliau dan Ahmad Dahlan. Keduanya menentukan sandaran perjuangan yang berbeda. Ahmad Syurkati di wilayah masyarakat Arab dan Ahmad Dahlan pada masyarakat lainnya.
Dalam menyusun program, beliau mempelajari dulu apa yang terjadi dalam masyarakat terlebih dulu. Program yang dijalankan sesuai dengan Muhammad Abduh, yaitu transformasi pendidikan dan pemurnian ajaran Islam dari praktik-praktik menyimpang. Kesesuaian tersebut adalah sebagai berikut :
1.   The purificatiom of Islam from Corrupting Influence and practice (pemurnian Islam dari pengaruh dan kebiasaan yang merusak)
2.   The reformation of Muslim higher education (penyusunan kembali pendidikan tinggi bagi umat Islam)
3.   The reformulation of Muslim higher education (reformulasi pendidikan tinggi bagi umat Islam)
4. The defence of Islam againt Eurephean influence and Christian attacks (mempertahankan Islam dari pengaruh Eropa dan serangan Nasrani).
Diantara pemikiran beliau dalam bidang pendidikan adalah dapat kita pilah dalam beberapa aspek, diantaranya konsep pendidikan, kurikulum, metode dan pendekatan, dan media pendidikan, yang akan kita bahas secara detail sebagi berikut :


1.   Konsep Pendidikan

      Menurut Syaikh Ahmad Syurkati kebodohan harus di berantas. Dan berpendapat bahwa perbuatan mendidik dan mengajar adalah pekerjaan yang termulia di sisi Allah SWT. Keyakinan ini dikuatkan dengan penjelasan Rasulullah bahwa sebaik-baik di antara manusia adalah yang melakukan perbuatan mengajar. Keyakinan tersebut sejalan dengan pendapat Clifford Geertz yang menyatakan bahwa pendidikan mempunyai arti sebagai lembaga induk dalam usaha-usaha yang paling sungguh-sungguh untuk memodernisasi tradisi dan masyarakat. Beliau meyakini bahwa pengajaran adalah segalanya dan merupakan kunci kemajuan. Sehingga yang menjadi prioritas adalah melaksanakan pendidikan formal untuk menghasilkan guru-guru agama yang sekaligus sebagai penganjur atau dalam bahasa kita sering disebut da’i.

2.   Lembaga Pendidikan

      Aspek yang sering terlupakan dalam sistem pendidikan secara umum adalah aspek kelembagaan. Suatu kemajuan pada waktu itu Syaikh Ahmad Syurkati sudah memperhatikan aspek kelembagaan. Hal ini terbukti dengan terbentuknya organisasi Al-Irsyad sesuai dengan tujuan-tujuan pembentukan, diantaranya didirikannya sekolahsekolah yang peserta didiknya terbuka untuk umum asalkan beragama Islam, yang tidak membedakan suku, ras dan kedudukan.  Secara kelembagaan program pendidikan Al-Irsyad pada tahun 1913 dengan jenjang sebagai berikut :
a. Madrasah Awwaliyah berjenjang tiga tahun
b. Madrasah Ibtidaiyyah berjenjang empat tahun
c. Madrasah Tajhiziyyah berjenjang dua tahun
d. Madrasah Mu’allimin berjenjang empat tahun
      Dan pada tahun 1915 mendirikan Takhassus berjenjang dua tahun sebagai jenjang pendidikan tertinggi atau setara dengan perguruan tinggi diploma.

3.   Kurikulum

      Secara umum kurikulum merupakan program yang buat untuk mencapai tujuan pendidikan. Tercapai atau tidaknya tujuan pendidikan sangat bergantung pada kurikulum yang dibuat. Kurikulum yang diterapkan Ahmad Syurkati, khususnya pada pendidikan formal lebih menekankan pada pendidikan dengan muatan religius yang ditunjang guru-guru yang kompeten dalam bidangnya. Prioritas ilmu yang harus dipelajari tergambar jelas dalam tiap jenjang sebagai berikut :
a. Madrasah Awwaliyah berjenjang tiga tahun, kurikulumnya adalah muhadatsah, baca bahasa Arab, disamping pelajaran yang lain seperti bahasa Indonesia, berhitung, dan olah raga.
b. Madrasah Ibtidaiyyah berjenjang empat tahun, kurikulumnya adalah Al-Qur’an, fikih, nahwu, sharaf, muthala’ah dan imla’. Sebagai tambahan diajarkan sejarah, geografi, bahasa Indonesia, berhitung, menggambar, dan olah raga.
c. Madrasah Tajhiziyyah berjenjang dua tahun, yang diajarkan adalah fikih, tauhid, tafsir dan hadits, bahasa Indonesia dan bahasa Inggris d. Madrasah Mu’allimin berjenjang empat tahun diajarkan bahasa Arab, tafsir, hadits dan ilmu hadits, pedagogi, bahasa Inggris, dan bahasa Indonesia.
e. Tahassus yang berjenjang dua tahun diajarkan sepenuhnya religius yaitu adab al-lughah al-arabiyah (litrratur Arab), mantik (logika), balaghah (retorika), fiqh wa ushul al-fiqh,tafsir, hadits, ilmu hadits dan filfafat.
Dalam mata pelajaran yang telah tersebut di atas dapat dikatakan bahwa kurikulum yang dibuat bersifat nondikotomik. Tidak ada pembedaan yang bersifat diskriminatif antara ilmu agama dengan ilmu umum. Selain itu, kurikulum yang dibuat menekankan pada ilmu alat dalam hal ini bahasa Arab sebagai alat untuk mempelajari dan memahami sumber-sumber ajaran Islam.

4.   Metode dan Pendekatan

      Metode dan pendekatan merupakan aspek yang penting diperhatikan dalam proses belajar mengajar. Sampai tidaknya materi sangat dipengaruhi oleh cara menyampaikannya. Metode mengajar adalah cara yang digunakan oleh pendidik untuk menyampaikan materi pelajaran kepada anak didik, yang berlangsung dalam interaksi edukatif. Dalam usaha pengembangan jalan pikiran anak didik Ahmad Syurkati menekankan daya kritik daripada hafalan. Hal ini diberlakukan tidak hanya pada mata pelajaran agama, tetapi pada mata pelajaran lainnya seperti sejarah, ilmu bumi dan lain sebagainya. Ada beberapa metode dalam proses belajar mengajar, yang mempunyai prinsip-prinsi umum dan faktor-faktor yang mempengaruhi. Diantara prinsip-prinsip tersebut adalah sebagai berikut :
a.   Harus memperhatikan kecenderungan anak didik, yaitu memperhatikan dan menyesuaikan kapasitas anak didik, bakat, minat, lingkungan dan kesiapan anak didik. Sehingga akan terwujud proses belajar mengajar yang menyenangkan.
b.   Memanfaatkan aktivitas individual anak didik. Hal ini dapat dilakukan dengan melibatkan anak didik dalam setiap kegiatan yang dilaskukan dan memberi kesempatan kepada mereka untuk berpikir dan berbuat.

Ahmad syurkati menerapkan metode dan pendekatan dalam belajar mengajar pada sekolah Al-Irsyad dapat dilihat dari apa yang dilihat dan terima oleh para murid beliau.

 Metode dan pendekatan yang beliau terapkan adalah sebagai berikut :
a.   Pembiasaan, dilakukan dalam pelajaran bahasa Arab dengan mengajak salah satu murid beliau untuk jalan dan kemudian mengajarkan bahasa arab dari benda-benda yag dijumpai, hal ini dialami oleh H. Abdul Halim
b.   Pendekatan psikologis dan konseling dalam melihat minat dan bakat serta tingkat kemampuan intelegensi para siswa yang diajar.
c.   Demokratis dalam suasana belajar mengajar dan menggunakan pendekatan akliyah yang mengembangkan tingkat kemampuan berpikir siswa
d. Metode Diskusi juga sering diterapkan. Metode ini sangat populer. Dalam metode ini terjadi tukar menukar informasi, pendapat dan unsur-unsur pengalaman secara teratur. Tujuannya adalah memperoleh pengertian bersama yang lebih jelas dan lebih teliti tentang sesuatu dan juga mempersiapkan dan merampungkan keputusan bersama. Dalam metode ini mengandung nilai-nilai demokratis. Anak didik berpacu dalam mengeluarkan pendapat, tentunya dengan aturan main yang ditetapkan oleh kelompok tersebut.Dengan metode diskusi, peserta didik lebih bebas untuk mengeksplorasi pemikiran tanpa harus merasa minder. Dengan sedirinya akan muncul karakter diri anak didik tanpa ada pemaksaan, dan yang muncul adalah keunikan-keunikan pribadi yang harus dihormati menurut nilai-nilai ke manusiaan.


5.   Media Pendidikan

      Media pendidikan merupakan alat-alat fisik yang menjelaskan isi pengajaran seperti film, video kaset, gambar dan lain-lain, yang berfungsi sebagai alat bantu yang memperlancar dan mempertinggi proses belajar mengajar. Ahmad Syurkati dalam proses belajar mengajar menggunakan sudah media pendidikan walaupun masih sangat sederhana dengan menggunakan buku-buku bergambar, terutama gambar manusia yang
oleh sebagian kelompok dianggap haram, untuk menjelaskan maksud dari materi yang disampaikan.
      Dalam perkembangannya pemilihan media dalam proses belajar mengajar juga harus disesuaikan dengan materi pelajaran yang disampaikan, kondisi anak didik dan kemampuan pendidik.Pemikiran pendidikan Syaikh Ahmad Syurkati sampai sekarang mewarnai perkembangan Al-Irsyad sebagai organisasi modern dan khususnya lembaga pendidikan.



























BAB. III

PENUTUP


A.  Kesimpulan

Dari makalah diatas dapat disimpulkan :
1.          Pemikiran Ahmad Syurkati sangat kaya dengan pemikiran pendidikan Islam
2.          Dari pemikiran-pemikiran Ahmad Syurkati dapat membantu merumuskan pemikiran konsepsional dalam bidang pendidikan
3.          Pemikiran Ahmad Syurkati dapat dijadikan pusat kajian di dalam membantu para pendidik merumuskan berbagai masalah kependidikan yang dihadapi.


B.  Saran

Demikianlah makalah ini penulis buat untuk penyempurnaan makalah ini sangat diharapkan saran dan kritik dari pembaca, agar tersempurnanya makalah ini.
Akhir kata mudah-mudahan makalah ini dapat memberi manfaat khusunya untuk penulis sendiri. Terima kasih.