Jumat, 24 Januari 2014

HIDUP DI BAWAH NAUNGAN TAUHID



BAB I


PENDAHULUAN


Setiap insan mendambakan kehidupan yang baik penuh kebahagiaan, bebas dari rasa takut, dan memenuhi kebutuhannya. Akan tetapi tidak semua orang dapat merasakan kehidupan yang demikian. Banyak orang yang selalu dihantuai rasa takut dan kecemasan yang luar biasa, mereka merasa tidak ada yang menjamin kehidupannya. Ada diantara mereka yang mendapat jaminan akan tetapi harus mengorbankan sebagian dari kebahagiannya.
Dua kondisi digambarkan Al Quran seperti budak yang menjadi milik satu tuan dan budak lain yang menjadi milik lebih dari satu tuan, yang mana masing-masing tuan menuntuk loyalitas darinya.
Kehidupan yang baik hanya akan didapatkan apabila orang hanya berwala’ kepada satu tuhan yang Maha Sempurna yaitu Allah SWT. Akidahnya tentang zat Allah, siaft-sifat, asma’, dan perbuatanNYA harus benar sesuai prinsip-prinsip tauhid yang diajarkan olah Rosulullahi SAW.













BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN TAUHID
Tauhid adalah Mengesakan Allah semata dalam beribadah dan tidak menyekutukan-Nya. Dan hal ini merupakan ajaran semua Rasul alaihimusshalatuwassalam. Bahkan tauhid merupakan pokok yang dibangun diatasnya semua ajaran, maka jika pokok ini tidak ada, amal perbuatan menjadi tidak bermanfaat dan gugur, karena tidak sah sebuah ibadah tanpa tauhid.


B.  MACAM-MACAM TAUHID
Macam-macam tauhid ini hanya sekedar penamaan atau istilah untuk memudahkan pemahaman dan pengistilahan dalam mempelajarinya, pada hakikatnya satu. Dalam bertauhid tidak mengenal pembedaan, dengan kata lain, Tauhid Uluhiyah dengan Tauhid Rububiyah pada hakikatnya satu, tidak berbeda, karena Allah sebagai Zat Yang Maha Tunggal, juga Zat Yang Maha Mengayomi manusia sekaligus Pemilik jagat raya ini.
Macam-macam tauhid ini adalah: Tauhid Rububiyah, Tauhid Asma’ dan Sifat, Mulkiyah dan Tauhid Uluhiyah.

1. Tauhid Rububiyah:

Yaitu menyatakan bahwa tidak ada Tuhan Penguasa seluruh alam kecuali Allah yang menciptakan mereka dan memberinya rizki. Tauhid macam ini juga telah dinyatakan oleh orang-orang musyrik pada masa-masa pertama dahulu. Mereka menyatakan bahwa Allah semata yang Maha Pencipta, Penguasa, Pengatur, Yang Menghidupkan,Yang Mematikan, tidak ada sekutu bagi-Nya. Allah ta’ala berfirman:

وَلَئِنْ سَأَلْتَهُمْ مَنْ خَلَقَ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضَ وَسَخَّرَ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ لَيَقُوْلُنَّ اللهُ فَأَنَّى يُؤْفَكُوْنَ (العنكبوت :61)

“Dan sesungguhnya jika kamu tanyakan kepada mereka: “Siapakah yang menjadikan langit dan bumi dan menundukkan matahari dan bulan?” Tentu mereka akan menjawab: “Allah” maka betapakah mereka (dapat) dipalingkan (dari jalan yang benar)” (Al Ankabut 61)

Akan tetapi pernyataan dan persaksian mereka tidak membuat mereka masuk Islam dan tidak membebaskan mereka dari api neraka serta tidak melindungi harta dan darah mereka, karena mereka tidak mewujudkan tauhid Uluhiyah, bahkan mereka berbuat syirik kepada Allah dalam beribadah kepada-Nya dengan memalingkannya kepada selain mereka.


2. Tauhid Asma’ dan Sifat.

Yaitu: beriman bahwa Allah ta’ala memiliki zat yang tidak serupa dengan berbagai zat yang ada, serta memiliki sifat yang tidak serupa dengan berbagai sifat yang ada. Dan bahwa nama-nama-Nya merupakan petunjuk yang jelas akan sifat-Nya yang sempurna secara mutlak sebagaimana firman Allah ta’ala:

لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ وَهُوَ السَّمِيْعُ الْبَصِيْرُ (الشورى :110)
“Tidak ada yang meyerupainya sesuatupun, dan Dia Maha Mendengar lagi Maha Melihat” (As Syuro 110)

Begitu juga halnya (beriman kepada Asma’ dan Sifat Allah) berarti menetapkan apa yang Allah tetapkan untuk diri-Nya dalam Kitab-Nya atau apa yang telah ditetapkan oleh Rasul-Nya SAW dengan penetapan yang layak sesuai kebesaran-Nya tanpa ada penyerupaan dengan sesuatupun, tidak juga memisalkannya dan meniadakannya, tidak merubahnya, tidak menafsirkannya dengan penafsiran yang lain dan tidak menanyakan bagaimana hal-Nya. Kita tidak boleh berusaha baik dengan hati kita, perkiraan kita, lisan kita untuk bertanya-tanya tentang bagaimana sifat-sifat-Nya dan juga tidak boleh menyamakan-Nya dengan sifat-sifat makhluk .
3. Tauhid Mulkiyah
Tauhid Mulkiyah adalah tauhid bahwa Allah yang menguasai kerajaan langit dan bumi.
Allah adalah pemilik segala kerajaan.
Sebagaimana dalilnya dalam ALQuran surat Al Imron Ayat 26 sebagai berikut :
“ Eangkau berikan kekuasaan kepada siapa yang Engkau kehendakidan cabut kekuasaan dari siapa saja yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan siapa yang Engkau kehendaki dan Engkau Hinakan siapa saja yang Engkau kehendaki. Ditangan Allahlah segala kebaika. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.”

4. Tauhid Uluhiyah.

Tauhid Uluhiyah adalah tauhid ibadah, yaitu mengesakan Allah dalam seluruh amalan ibadah yang Allah perintahkan seperti berdoa, khouf (takut), raja’ (harap), tawakkal, raghbah (berkeinginan), rahbah (takut), Khusyu’, Khasyah (takut disertai pengagungan), taubat, minta pertolongan, menyembelih, nazar dan ibadah yang lainnya yang diperintahkan-Nya. Dalilnya firman Allah ta’ala:

وَأَنَّ الْمَسَاجِدَ لِلَّهِ فَلاَ تَدْعُوا مَعَ اللهِ أَحَداً (الجن : 18)

“Dan sesungguhnya mesjid-mesjid itu adalah kepunyaan Allah. Maka janganlah kamu menyembah seseorangpun didalamnya di samping (menyembah) Allah” (Al Jin 18)

Manusia tidak boleh memalingkan sedikitpun ibadahnya kepada selain Allah ta’ala, tidak kepada malaikat, kepada para Nabi dan tidak juga kepada para wali yang sholeh dan tidak kepada siapapun makhluk yang ada. Karena ibadah tidak sah kecuali jika untuk Allah, maka siapa yang memalingkannya kepada selain Allah dia telah berbuat syirik yang besar dan semua amalnya gugur





C. TAUHID AF’AL
Sifat-sifat yang dimiliki Allah SWT. Ada yang termasuk dalam sifat-sifat zat dan ada yang termasuk dalam sifat-sifat Af’al (perbuatan). Sifat-sifat zat yaitu sifat-sifat subutiah atau sifat-sifat maknawiyah, yakni sifat hidup, mengetahui, berkuasa, berkehendak, mendengar, melihat dan berfirman.
Adapun sifat-sifat Af’al itu ialah seperti sifat menciptakan dan memberi rejeki. Jadi, Allah yang maha menciptakan dan maha pemberi rejeki. Dialah yang membuat makhluk ini dan juga yang mengaruniakan rejeki kepada mereka. Adapun yang dimaksud dengan tauhid Af’al atau Esa dalam perbuatannya  ialah bahwa alam semesta ini seluruhnya ciptaan Allah, tidak ada bagian-bagian alam yang diciptakan oleh selain Allah SWT. Tidak ada sekutu bagi-Nya dalam mencipta, memerintah dan menguasai kerajaan-Nya.
Allah SWT berfirman:
“ Tidak ada Tuhan selain dia; Pencipta segala sesuatu”… (QS. Al-An’am:102)

      Af’al al-ibad juga merupakan permasalahan polemis dikalangan umat Islam, terutama menyangkut hubungannya dengan perbuatan Tuhan, apakah manusia melakukan perbuatannya sendiri atau tidak? Kalau Tuhan “campur tangan” dalam perbuatan manusia, sampai sejauh mana “intervensi” Tuhan tersebut pertanyaan –pertanyaan seperti inilah yang menjadi pembahasan para ulama kalam.
Beberapa pendapat yang dikemukakan masing-masing aliran mengenai masalah diatas adalah sebagai berikut:
1.      Jabariah
      Menurut aliran ini manusia tidak berkuasa atas perbuatannya. Yang menentukan perbuatan manusia adalah Tuhan. Karena itu, manusia tidak berdaya sama sekali untuk mewujudkan perbuatannya, baik atau buruk. Tokoh aliran ini adalah jaham bin Shafwan. Kadang-kadang aliran ini disebut juga dengan aliran jahamiah.
2.      Qadariah
Qadariah berpendapat, manusia mempunyai iradat (kemampuan berkehendak dan memilih) dan qudrah (kemampuan untuk berbuat). Menurut paham qadariah, Tuhan tidak campur tangan dalam perbuatan manusia. Manusia sendirilah yang melakukan perbuatan itu.
3.      Muktazilah
Paham muktazilah dalam masalah af’al-ibad ini seirama dengan paham qadariah. Bahkan, menurut professor.Dr.Ahmad Amin, kaum qadariah sering dinamakan muktazilah karena mereka sependapat bahwa manusia mempunyai kemampuan mewujudkan tindakan  dan perbuatannya, tanpa campur tangan Tuhan. Mereka juga membantah segala hal yang terjadi karena qadha dan qadar Allah semata.
Kaum muktazilah membagi perbuatan manusia menjadi dua bagian :
a.    Perbuatan yang timbul dengan sendirinya seperti gerakan refleks
b.    Perbuatan-perbuatan bebas.
Mereka sependapat dengan aliran qadariah bahwa manusia bebas melakukan perbuatannya tanpa campur Tuhan. Perbuatan itu dilakukan manusia sendiri dengan daya, kehendak, dan kemampuan yang diberikan Tuhan kepada manusia itu. Karena itu, Tuhan dikatakan adil jika menyiksa orang yang berbuat dosa dan memasukkan kedalam surga orang yang berbuat baik. Menurut pendapat muktazilah, jika perbuatan manusia diciptakan Tuhan seluruhnya, maka taklif tidak ada artinya. Pahala dan siksa juga tidak berguna dihari pembalasan nanti sebab perbuatan itu dikerjakan bukan dengan kehendak dan kemauannya sendiri.
4.      Asy’ariah
Dalam menggambarkan hubungan perbuatan manusia dengan kodrat dan iradat Tuhan, Abu al-Hasan Ali bin Ismail Al-Asy’ari, pendiri Asy’ariah, menggunakan paham al-kasb. Menurut al-asy’ari, yang dimaksud dengan al-kasb ialah berbarengan dengan kekuasaan manusia dengan perbuatan Tuhan. Artinya, apabila seseorang ingin melakukan suatu perbuatan, perbuatan itu baru terlaksana jika sesuai dengan kehendak Tuhan. Al-Asy’ari membagi perbuatan manusia kepada dua bentuk yaitu perbuatan yang timbul dengan sendirinya dan perbuatan yang timbul dari kehendak manusia. Dalam al-kasb terlihat bahwa yang berpengaruh dan efektif dalam perwujudan perbuatan manusia adalah Tuhan bukan manusia itu sendiri. Perbuatan manusia baru efektif jika sesuai dengan kehendak Tuhan.
5.      Maturidiah
Menurut golongan maturidiah, kemauan manusia sebenarnya adalah kemauan Tuhan. Namun, tidak selamanya perbuatan manusia dilakukan atas kerelaan Tuhan karena Tuhan tidak menyukai perbuatan-perbuatan yang buruk. Jadi, didalam paham maturidiah ada unsur : kehendak dan kerelaan. Manusia melakukan perbuatan, baik atau buruk, atas kehendak Tuhan. Jika perbuatan yang dilakukan itu baik, maka perbuatan itu mendapat kerelaan Tuhan. Jika tidak, perbuatan itu terjadi atas kehendak Tuhan tetapi tidak dengan kerelaan Tuhan.

D. TAUHID RUBUBIYAH
      Tauhid rubbubiyah Adalah kata yang dinasabkan kepada salah satu nama Allah SWT yaitu “Robb”, Nama ini mempunyai beberapa arti, antara lain : Al-Murabbi (Pemelihara), Al-Nashir (Penolong),Al-Malik (Pemilik),Al-Mushlih (Yg Memperbaiki), As-Sayyid (Tuan), Al-Wali (Wali).
Dalam terminologi syariat islam, istilah tauhid rububiyah berarti percaya bahwa Allah-lah satu-satunya pencipta, pemilik, pengendali alam raya dengan takdirnya, Ia menghidupkan & mematikan serta mengendalikan alam dengan sunnah-sunnahnya.

      Dalam referensi lain juga dikatakan bahwa secara etimologi, kata “Robb” sebenarnya mempunyai banyak arti, antara lain : menumbuhkan, mengendalikan, mendidik, memelihara, memperbaiki, menanggung, mengumpulkan, mempersiapkan, memimpin, mengepalai, menyelasaikan suatu perkara, memiliki, dll, namun untuk lebih sederhana dalam hubungannya dengan rububiyatullah (Tauhid Rububiyah) kita mengambil beberapa arti saja, yaitu menciptakan, memberi rezeki, memelihara, mengelola, dan memiliki.


1.     Beriman Kepada Rububiyah Allah

      Maka beriman kepada rububiyah Allah adalah mengakui bahwasanya Allah SWT adalah Rabb segala sesuatu : pemilik, pencipta, pemberi rezeki, yang menghidupkan, yang mematikan, yang memberi manfaat & mendatangkan bahaya, yang bagi-Nya segala urusan, yang ditangan-Nya segala kebaikan, & bahwasanya Dia maha kuasa atas segala sesuatu, & dia tidak memiliki sekutu apapun.
Tauhid rububiyah mencakup dimensi-dimensi keimanan sebagai berikut :
a.    Beriman kepada perbuatan-perbuatan Allah yang bersifat umum, misalnya : menciptakan, memberi rezeki, menghidupkan, mematikan, menguasai, dan lain-lain.
      Firman Allah :
      Artinya : Allah menciptakan segala sesuatu dan Dia memelihara segala sesuatu. (Az-Zumar = 62)
b.     Beriman kepada takdir Allah
c.     Beriman kepada zat Allah.

2.     Allah menetapkan keesaannya dalam rububiyah kepada segenap makhluknya.

Allah berfirman :
Artinya : segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam. (Al-Fatihah 2)
Sedangkan makna makna Robb sekalian alam adalah  bahwa Allah adalah pencipta mereka, yang menguasai, yang memperbaiki dan yang memelihara dengan segala nikmat dan anugerah-Nya.

3.  Allah telah memeberikan fitrah kepada semua makhluk-Nya untuk beriman kepada Nububiyah-Nya, bahkan hingga orang-orang musyrik Arab pada zaman Nabi Muhammad SAW.

Sebagai mana firman-Nya :
Artinya :Katakanlah: "Siapakah yang Empunya langit yang tujuh dan yang Empunya 'Arsy  yang besar?"mereka akan menjawab: "Kepunyaan Allah." Katakanlah: "Maka Apakah kamu tidak bertakwa?" Katakanlah: "Siapakah yang di tangan-Nya berada kekuasaan atas segala sesuatu sedang Dia melindungi, tetapi tidak ada yang dapat dilindungi dari (azab)-Nya, jika kamu mengetahui?" mereka akan menjawab: "Kepunyaan Allah." Katakanlah: "(Kalau demikian), Maka dari jalan manakah kamu ditipu?" (Al-Mu’minun 86-89)
Beriman kepada rububiyah Allah tidaklah cukup bagi seorang hamba untuk menjadikannya sebagai seorang muslim, tetapi untuk itu ia harus beriman kepada uluhiyah Allah, sebab itu Nabi Muhammad SAW tetap memerangi orang-orang musyrik arab, padahal mereka mengakui Rububiyah Allah SWT.

4.       Sesungguhnya seluruh alam semesta, langit, bumi, planet-planet, bintang-bintang, pepohonan, segenap manusia & jin semuanya tunduk kepada Allah SWT.

Allah Berfirman :
Artinya : Maka Apakah mereka mencari agama yang lain dari agama Allah, Padahal kepada-Nya-lah menyerahkan diri segala apa yang di langit dan di bumi, baik dengan suka maupun terpaksa dan hanya kepada Allahlah mereka dikembalikan.(Al-Imran 83)
Tidak satu makhluk pun yg bisa keluar dari kekuasaan Allah, karena Allah adalah penguasa mereka, yang memperlakukan mereka sesuai dengan kehendak-Nya & berdasarkan hikmah-Nya. Dialah yg menciptakan mereka semuanya, dan segala yang selain Allah adalah diciptakan dan membutuhkan kepada penciptanya yaitu Allah SWT.

5.     Jika telah jelas bahwa segala urusan adalah milik Allah, maka berarti tidaklah ada pencipta selain Allah, tidak ada yang memberi rezeki selain Allah, tidak ada yang mengatur alam semesta ini selain Allah semata, dan tidaklah suatu atom bergerak, melainkan berdasarkan izin-Nya.

Hal ini mewajibkan ketergantungan hati kita kepada Allah semata, senantiasa meminta, membutuhkan & bergantung kepada-Nya. Dia lah Allah yang menciptakan kita, yg member rezeki dan memiliki kita.
Tauhid Rububiyah ialah tauhid ketuhanan, yang dimaksudkan disini adalah mempercayai bahwa Allah SWT stu-satunya pencipta, pemelihara, penguasa & pengatur alam ini. Tauhid semacam ini juga dianut oleh kaum jahiliyah, karena disamping mereka mempertuhankan berhala-berhala, mereka juga mengakui bahwa Tuhanlah yang menciptakan alam ini.



BAB III

PENUTUP

Kesimpulannya adalah seseorang harus berlepas diri dari penghambaan (ibadah) kepada selain Allah, menghadapkan hati sepenuhnya hanya untuk beribadah kepada Allah. Tidak cukup dalam tauhid sekedar pengakuan dan ucapan syahadat saja jika tidak menghindar dari ajaran orang-orang musyrik serta apa yang mereka lakukan seperti berdoa kepada selain Allah misalnya kepada orang yang telah mati dan semacamnya, atau minta syafaat kepada mereka (orang-orang mati) agar Allah menghilangkan kesusahannya dan menyingkirkannya, dan minta pertolongan kepada mereka atau yang lainnya yang merupakan perbuatan syirik.

Wujud nyata Tauhid adalah: memahami-nya dan berusaha untuk mengetahui hakikatnya serta melaksanakan kewajibannya, baik dari sisi ilmu maupun amalan, hakikatnya adalah mengarahkan ruhani dan hati kepada Allah baik dalam hal mencintai, takut (khouf), taubat, tawakkal, berdoa, ikhlas, mengagunggkan-Nya, membesarkan-Nya dan beribadah kepada-Nya. Kesimpulannya tidak ada dalam hati seorang hamba sesuatupun selain Allah, dan tidak ada keinginan terhadap apa yang Allah tidak inginkan dari perbuatan-perbuatan syirik, bid’ah, maksiat yang besar maupun kecil, dan tidak ada kebencian terhadap apa yang Allah perintahkan. Itulah hakikat tauhid dan hakikat Laa Ilaaha Illallah











BAB IV

DAFTAR PUSTAKA

Muhammad Ahmad, Tauhid ilmu kalam ,Bandung : CV Pustaka Setia, 1998, hal.27

Muhammad Yusran Asmuni, Ilmu Tauhid ,Jakarta : Raja Grafindo Persada, 1996, hal. 158-163
Jasiman, Lc, Syarah Rasmul Bayan Tarbiyah, Auliya Press Solo, 2005, hal. 71























PERTANYAAN
1.    Apa pengetian tauhid dan macam macamnya?
   Tauhid adalah mengesakan Allah semata dalam beribadah dan tidak menyekutukanNya. 
Macam macam tauhid adalah: Tauhid Rububiyah, Tauhid Asma dan sifat, Tauhid Mulkiyah, Tauhid Uluhiyah.

2.    Jelaskan pengertian Tauhid Rububiyah!
Tauhid Rububiyah adalah mengakui bahwa Allah SWT adalah Roob segala sesuatu, Pemilik, Pencipta,Pemberi Rezeki,Yang Menghidupkan,Yang Memberi Manfaat,Yang Mendatangkan bahaya,Yang bagiNya segala urusan, Yang ditanganNya segala kebaikan,bahwasanya Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu dan tidak memiliki sekutu apapun.

MANFAAT YANG DIAMBIL DARI PEMBUATAN MAKALAH INI ADALAH;
  1. Mengetahui hakikat tauhid dan macam macamnya.
  2. Mengetahui bahwa dalam masalah Tauhid Af’al juga melahirkan pembahasan     
Para ulama kalam yaitu; Jabariyah, Qadariyah,Mu’tazilah,Asy’ariah dan Maturidiah.
  1. Mengetahui penjabaran dan penjelasan tentang Tauhid Af’al dan Tauhid                    
Rububiyyah

KRITIK DARI PEMBUATAN MAKALAH INI ADALAH
  1. Dari makalah yang saya buat belum sempurna dan lengkap karena keterbatasan sumber
  2. Tulisan ini tidak hanya sekedar makalah  tetapi setidaknya dapat menambah dan menerapkan keimanan dalam hidup saya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar