BAB
I
PENDAHULUAN
Setiap insan
mendambakan kehidupan yang baik penuh kebahagiaan, bebas dari rasa takut, dan
memenuhi kebutuhannya. Akan tetapi tidak semua orang dapat merasakan kehidupan
yang demikian. Banyak orang yang selalu dihantuai rasa takut dan kecemasan yang
luar biasa, mereka merasa tidak ada yang menjamin kehidupannya. Ada diantara mereka yang
mendapat jaminan akan tetapi harus mengorbankan sebagian dari kebahagiannya.
Dua kondisi
digambarkan Al Quran seperti budak yang menjadi milik satu tuan dan budak lain
yang menjadi milik lebih dari satu tuan, yang mana masing-masing tuan menuntuk
loyalitas darinya.
Kehidupan yang
baik hanya akan didapatkan apabila orang hanya berwala’ kepada satu tuhan yang
Maha Sempurna yaitu Allah SWT. Akidahnya tentang zat Allah, siaft-sifat, asma’,
dan perbuatanNYA harus benar sesuai prinsip-prinsip tauhid yang diajarkan olah
Rosulullahi SAW.
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN TAUHID
Tauhid adalah Mengesakan Allah
semata dalam beribadah dan tidak menyekutukan-Nya. Dan hal ini merupakan ajaran
semua Rasul alaihimusshalatuwassalam. Bahkan tauhid merupakan pokok yang
dibangun diatasnya semua ajaran, maka jika pokok ini tidak ada, amal perbuatan
menjadi tidak bermanfaat dan gugur, karena tidak sah sebuah ibadah tanpa
tauhid.
B. MACAM-MACAM TAUHID
Macam-macam tauhid ini hanya
sekedar penamaan atau istilah untuk memudahkan pemahaman dan pengistilahan
dalam mempelajarinya, pada hakikatnya satu. Dalam bertauhid tidak mengenal
pembedaan, dengan kata lain, Tauhid Uluhiyah dengan Tauhid Rububiyah pada
hakikatnya satu, tidak berbeda, karena Allah sebagai Zat Yang Maha Tunggal,
juga Zat Yang Maha Mengayomi manusia sekaligus Pemilik jagat raya ini.
Macam-macam tauhid ini adalah: Tauhid
Rububiyah, Tauhid Asma’ dan Sifat, Mulkiyah dan Tauhid Uluhiyah.
1. Tauhid
Rububiyah:
Yaitu menyatakan
bahwa tidak ada Tuhan Penguasa seluruh alam kecuali Allah yang menciptakan
mereka dan memberinya rizki. Tauhid macam ini juga telah dinyatakan oleh orang-orang
musyrik pada masa-masa pertama dahulu. Mereka menyatakan bahwa Allah semata
yang Maha Pencipta, Penguasa, Pengatur, Yang Menghidupkan,Yang Mematikan, tidak
ada sekutu bagi-Nya. Allah ta’ala berfirman:
وَلَئِنْ سَأَلْتَهُمْ مَنْ
خَلَقَ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضَ وَسَخَّرَ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ لَيَقُوْلُنَّ
اللهُ فَأَنَّى يُؤْفَكُوْنَ (العنكبوت :61)
“Dan sesungguhnya jika kamu tanyakan kepada mereka: “Siapakah
yang menjadikan langit dan bumi dan menundukkan matahari dan bulan?” Tentu
mereka akan menjawab: “Allah” maka betapakah mereka (dapat) dipalingkan (dari
jalan yang benar)” (Al Ankabut 61)
Akan
tetapi pernyataan dan persaksian mereka tidak membuat mereka masuk Islam dan
tidak membebaskan mereka dari api neraka serta tidak melindungi harta dan darah
mereka, karena mereka tidak mewujudkan tauhid Uluhiyah, bahkan mereka berbuat
syirik kepada Allah dalam beribadah kepada-Nya dengan memalingkannya kepada
selain mereka.
2. Tauhid
Asma’ dan Sifat.
Yaitu: beriman bahwa Allah ta’ala
memiliki zat yang tidak serupa dengan berbagai zat yang ada, serta memiliki
sifat yang tidak serupa dengan berbagai sifat yang ada. Dan bahwa nama-nama-Nya
merupakan petunjuk yang jelas akan sifat-Nya yang sempurna secara mutlak
sebagaimana firman Allah ta’ala:
لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ
وَهُوَ السَّمِيْعُ الْبَصِيْرُ (الشورى :110)
“Tidak ada yang meyerupainya
sesuatupun, dan Dia Maha Mendengar lagi Maha Melihat” (As Syuro 110)
Begitu juga
halnya (beriman kepada Asma’ dan Sifat Allah) berarti menetapkan apa yang Allah
tetapkan untuk diri-Nya dalam Kitab-Nya atau apa yang telah ditetapkan oleh
Rasul-Nya SAW dengan penetapan yang layak sesuai kebesaran-Nya tanpa ada
penyerupaan dengan sesuatupun, tidak juga memisalkannya dan meniadakannya,
tidak merubahnya, tidak menafsirkannya dengan penafsiran yang lain dan tidak
menanyakan bagaimana hal-Nya. Kita tidak boleh berusaha baik dengan hati kita,
perkiraan kita, lisan kita untuk bertanya-tanya tentang bagaimana
sifat-sifat-Nya dan juga tidak boleh menyamakan-Nya dengan sifat-sifat makhluk
.
3. Tauhid Mulkiyah
Tauhid Mulkiyah adalah tauhid bahwa
Allah yang menguasai kerajaan langit dan bumi.
Allah adalah pemilik segala
kerajaan.
Sebagaimana dalilnya dalam ALQuran surat Al Imron Ayat 26
sebagai berikut :
“ Eangkau berikan kekuasaan kepada
siapa yang Engkau kehendakidan cabut kekuasaan dari siapa saja yang Engkau
kehendaki. Engkau muliakan siapa yang Engkau kehendaki dan Engkau Hinakan siapa
saja yang Engkau kehendaki. Ditangan Allahlah segala kebaika. Sesungguhnya
Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.”
4. Tauhid
Uluhiyah.
Tauhid Uluhiyah
adalah tauhid ibadah, yaitu mengesakan Allah dalam seluruh amalan ibadah yang
Allah perintahkan seperti berdoa, khouf (takut), raja’ (harap), tawakkal,
raghbah (berkeinginan), rahbah (takut), Khusyu’, Khasyah (takut disertai
pengagungan), taubat, minta pertolongan, menyembelih, nazar dan ibadah yang
lainnya yang diperintahkan-Nya. Dalilnya firman Allah ta’ala:
وَأَنَّ الْمَسَاجِدَ لِلَّهِ
فَلاَ تَدْعُوا مَعَ اللهِ أَحَداً (الجن : 18)
“Dan sesungguhnya mesjid-mesjid itu adalah kepunyaan Allah. Maka
janganlah kamu menyembah seseorangpun didalamnya di samping (menyembah) Allah” (Al
Jin 18)
Manusia tidak boleh memalingkan
sedikitpun ibadahnya kepada selain Allah ta’ala, tidak kepada malaikat, kepada
para Nabi dan tidak juga kepada para wali yang sholeh dan tidak kepada siapapun
makhluk yang ada. Karena ibadah tidak sah kecuali jika untuk Allah, maka siapa
yang memalingkannya kepada selain Allah dia telah berbuat syirik yang besar dan
semua amalnya gugur
C. TAUHID
AF’AL
Sifat-sifat yang dimiliki Allah SWT. Ada yang termasuk dalam sifat-sifat zat dan
ada yang termasuk dalam sifat-sifat Af’al (perbuatan). Sifat-sifat zat yaitu
sifat-sifat subutiah atau sifat-sifat maknawiyah, yakni sifat hidup,
mengetahui, berkuasa, berkehendak, mendengar, melihat dan berfirman.
Adapun sifat-sifat Af’al itu ialah seperti sifat menciptakan dan memberi
rejeki. Jadi, Allah yang maha menciptakan dan maha pemberi rejeki.
Dialah yang membuat makhluk ini dan juga yang mengaruniakan rejeki kepada
mereka. Adapun yang dimaksud dengan tauhid Af’al atau Esa dalam
perbuatannya ialah bahwa alam semesta ini seluruhnya ciptaan Allah, tidak
ada bagian-bagian alam yang diciptakan oleh selain Allah SWT. Tidak ada sekutu
bagi-Nya dalam mencipta, memerintah dan menguasai kerajaan-Nya.
Allah SWT
berfirman:
“ Tidak ada
Tuhan selain dia; Pencipta segala sesuatu”… (QS. Al-An’am:102)
Af’al al-ibad juga merupakan permasalahan
polemis dikalangan umat Islam, terutama menyangkut hubungannya dengan perbuatan
Tuhan, apakah manusia melakukan perbuatannya sendiri atau tidak? Kalau Tuhan
“campur tangan” dalam perbuatan manusia, sampai sejauh mana “intervensi” Tuhan
tersebut pertanyaan –pertanyaan seperti inilah yang menjadi pembahasan para
ulama kalam.
Beberapa
pendapat yang dikemukakan masing-masing aliran mengenai masalah diatas adalah
sebagai berikut:
1. Jabariah
Menurut aliran ini manusia tidak berkuasa
atas perbuatannya. Yang menentukan perbuatan manusia adalah Tuhan. Karena itu,
manusia tidak berdaya sama sekali untuk mewujudkan perbuatannya, baik atau
buruk. Tokoh aliran ini adalah jaham bin Shafwan. Kadang-kadang aliran ini
disebut juga dengan aliran jahamiah.
2. Qadariah
Qadariah berpendapat, manusia mempunyai iradat (kemampuan berkehendak dan
memilih) dan qudrah (kemampuan untuk berbuat). Menurut paham qadariah, Tuhan
tidak campur tangan dalam perbuatan manusia. Manusia sendirilah yang melakukan
perbuatan itu.
3. Muktazilah
Paham muktazilah dalam masalah af’al-ibad ini seirama dengan paham
qadariah. Bahkan, menurut professor.Dr.Ahmad Amin, kaum qadariah sering
dinamakan muktazilah karena mereka sependapat bahwa manusia mempunyai kemampuan
mewujudkan tindakan dan perbuatannya, tanpa campur tangan Tuhan. Mereka
juga membantah segala hal yang terjadi karena qadha dan qadar Allah semata.
Kaum muktazilah
membagi perbuatan manusia menjadi dua bagian :
a. Perbuatan
yang timbul dengan sendirinya seperti gerakan refleks
b. Perbuatan-perbuatan
bebas.
Mereka sependapat dengan aliran qadariah bahwa manusia bebas melakukan
perbuatannya tanpa campur Tuhan. Perbuatan itu dilakukan manusia sendiri dengan
daya, kehendak, dan kemampuan yang diberikan Tuhan kepada manusia itu. Karena
itu, Tuhan dikatakan adil jika menyiksa orang yang berbuat dosa dan memasukkan
kedalam surga orang yang berbuat baik. Menurut pendapat muktazilah, jika
perbuatan manusia diciptakan Tuhan seluruhnya, maka taklif tidak ada artinya.
Pahala dan siksa juga tidak berguna dihari pembalasan nanti sebab perbuatan itu
dikerjakan bukan dengan kehendak dan kemauannya sendiri.
4. Asy’ariah
Dalam menggambarkan hubungan perbuatan manusia dengan kodrat dan iradat
Tuhan, Abu al-Hasan Ali bin Ismail Al-Asy’ari, pendiri Asy’ariah, menggunakan
paham al-kasb. Menurut al-asy’ari, yang dimaksud dengan al-kasb ialah
berbarengan dengan kekuasaan manusia dengan perbuatan Tuhan. Artinya, apabila
seseorang ingin melakukan suatu perbuatan, perbuatan itu baru terlaksana jika
sesuai dengan kehendak Tuhan. Al-Asy’ari membagi perbuatan manusia kepada dua
bentuk yaitu perbuatan yang timbul dengan sendirinya dan perbuatan yang timbul
dari kehendak manusia. Dalam al-kasb terlihat bahwa yang berpengaruh dan
efektif dalam perwujudan perbuatan manusia adalah Tuhan bukan manusia itu
sendiri. Perbuatan manusia baru efektif jika sesuai dengan kehendak Tuhan.
5. Maturidiah
Menurut golongan maturidiah,
kemauan manusia sebenarnya adalah kemauan Tuhan. Namun, tidak selamanya
perbuatan manusia dilakukan atas kerelaan Tuhan karena Tuhan tidak menyukai
perbuatan-perbuatan yang buruk. Jadi, didalam paham maturidiah ada unsur :
kehendak dan kerelaan. Manusia melakukan perbuatan, baik atau buruk, atas
kehendak Tuhan. Jika perbuatan yang dilakukan itu baik, maka perbuatan itu
mendapat kerelaan Tuhan. Jika tidak, perbuatan itu terjadi atas kehendak Tuhan
tetapi tidak dengan kerelaan Tuhan.
D. TAUHID
RUBUBIYAH
Tauhid rubbubiyah Adalah kata yang
dinasabkan kepada salah satu nama Allah SWT yaitu “Robb”, Nama ini mempunyai
beberapa arti, antara lain : Al-Murabbi (Pemelihara), Al-Nashir
(Penolong),Al-Malik (Pemilik),Al-Mushlih (Yg Memperbaiki), As-Sayyid (Tuan),
Al-Wali (Wali).
Dalam
terminologi syariat islam, istilah tauhid rububiyah berarti percaya bahwa
Allah-lah satu-satunya pencipta, pemilik, pengendali alam raya dengan
takdirnya, Ia menghidupkan & mematikan serta mengendalikan alam dengan
sunnah-sunnahnya.
Dalam referensi lain juga dikatakan bahwa
secara etimologi, kata “Robb” sebenarnya mempunyai banyak arti, antara lain :
menumbuhkan, mengendalikan, mendidik, memelihara, memperbaiki, menanggung,
mengumpulkan, mempersiapkan, memimpin, mengepalai, menyelasaikan suatu perkara,
memiliki, dll, namun untuk lebih sederhana dalam hubungannya dengan
rububiyatullah (Tauhid Rububiyah) kita mengambil beberapa arti saja, yaitu
menciptakan, memberi rezeki, memelihara, mengelola, dan memiliki.
1. Beriman Kepada
Rububiyah Allah
Maka beriman kepada rububiyah Allah adalah
mengakui bahwasanya Allah SWT adalah Rabb segala sesuatu : pemilik, pencipta,
pemberi rezeki, yang menghidupkan, yang mematikan, yang memberi manfaat &
mendatangkan bahaya, yang bagi-Nya segala urusan, yang ditangan-Nya segala
kebaikan, & bahwasanya Dia maha kuasa atas segala sesuatu, & dia tidak
memiliki sekutu apapun.
Tauhid rububiyah mencakup
dimensi-dimensi keimanan sebagai berikut :
a.
Beriman kepada perbuatan-perbuatan Allah yang bersifat umum, misalnya :
menciptakan, memberi rezeki, menghidupkan, mematikan, menguasai, dan lain-lain.
Firman Allah :
Artinya
: Allah menciptakan segala sesuatu dan Dia memelihara segala sesuatu. (Az-Zumar
= 62)
b. Beriman kepada takdir Allah
c. Beriman kepada zat Allah.
2. Allah menetapkan
keesaannya dalam rububiyah kepada segenap makhluknya.
Allah berfirman :
Artinya :
segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam. (Al-Fatihah 2)
Sedangkan makna makna Robb sekalian
alam adalah bahwa Allah adalah pencipta mereka, yang menguasai, yang memperbaiki
dan yang memelihara dengan segala nikmat dan anugerah-Nya.
3. Allah telah
memeberikan fitrah kepada semua makhluk-Nya untuk beriman kepada Nububiyah-Nya,
bahkan hingga orang-orang musyrik Arab pada zaman Nabi Muhammad SAW.
Sebagai mana firman-Nya :
Artinya :Katakanlah: "Siapakah
yang Empunya langit yang tujuh dan yang Empunya 'Arsy yang
besar?"mereka akan menjawab: "Kepunyaan Allah." Katakanlah:
"Maka Apakah kamu tidak bertakwa?" Katakanlah: "Siapakah yang di
tangan-Nya berada kekuasaan atas segala sesuatu sedang Dia melindungi,
tetapi tidak ada yang dapat dilindungi dari (azab)-Nya, jika kamu
mengetahui?" mereka akan menjawab: "Kepunyaan Allah."
Katakanlah: "(Kalau demikian), Maka dari jalan manakah kamu ditipu?"
(Al-Mu’minun 86-89)
Beriman kepada rububiyah Allah
tidaklah cukup bagi seorang hamba untuk menjadikannya sebagai seorang muslim,
tetapi untuk itu ia harus beriman kepada uluhiyah Allah, sebab itu Nabi
Muhammad SAW tetap memerangi orang-orang musyrik arab, padahal mereka mengakui
Rububiyah Allah SWT.
4. Sesungguhnya
seluruh alam semesta, langit, bumi, planet-planet, bintang-bintang, pepohonan,
segenap manusia & jin semuanya tunduk kepada Allah SWT.
Allah Berfirman :
Artinya : Maka
Apakah mereka mencari agama yang lain dari agama Allah, Padahal kepada-Nya-lah
menyerahkan diri segala apa yang di langit dan di bumi, baik dengan suka maupun
terpaksa dan hanya kepada
Allahlah mereka dikembalikan.(Al-Imran 83)
Tidak satu
makhluk pun yg bisa keluar dari kekuasaan Allah, karena Allah adalah penguasa
mereka, yang memperlakukan mereka sesuai dengan kehendak-Nya & berdasarkan
hikmah-Nya. Dialah yg menciptakan mereka semuanya, dan segala yang selain Allah
adalah diciptakan dan membutuhkan kepada penciptanya yaitu Allah SWT.
5. Jika
telah jelas bahwa segala urusan adalah milik Allah, maka berarti tidaklah ada
pencipta selain Allah, tidak ada yang memberi rezeki selain Allah, tidak ada
yang mengatur alam semesta ini selain Allah semata, dan tidaklah suatu atom
bergerak, melainkan berdasarkan izin-Nya.
Hal ini
mewajibkan ketergantungan hati kita kepada Allah semata, senantiasa meminta,
membutuhkan & bergantung kepada-Nya. Dia lah Allah yang menciptakan kita,
yg member rezeki dan memiliki kita.
Tauhid Rububiyah
ialah tauhid ketuhanan, yang dimaksudkan disini adalah mempercayai bahwa Allah
SWT stu-satunya pencipta, pemelihara, penguasa & pengatur alam ini. Tauhid
semacam ini juga dianut oleh kaum jahiliyah, karena disamping mereka
mempertuhankan berhala-berhala, mereka juga mengakui bahwa Tuhanlah yang
menciptakan alam ini.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulannya
adalah seseorang harus berlepas diri dari penghambaan (ibadah) kepada selain
Allah, menghadapkan hati sepenuhnya hanya untuk beribadah kepada Allah. Tidak
cukup dalam tauhid sekedar pengakuan dan ucapan syahadat saja jika tidak
menghindar dari ajaran orang-orang musyrik serta apa yang mereka lakukan
seperti berdoa kepada selain Allah misalnya kepada orang yang telah mati dan
semacamnya, atau minta syafaat kepada mereka (orang-orang mati) agar Allah
menghilangkan kesusahannya dan menyingkirkannya, dan minta pertolongan kepada
mereka atau yang lainnya yang merupakan perbuatan syirik.
Wujud nyata
Tauhid adalah: memahami-nya dan berusaha untuk mengetahui hakikatnya serta
melaksanakan kewajibannya, baik dari sisi ilmu maupun amalan, hakikatnya adalah
mengarahkan ruhani dan hati kepada Allah baik dalam hal mencintai, takut
(khouf), taubat, tawakkal, berdoa, ikhlas, mengagunggkan-Nya, membesarkan-Nya
dan beribadah kepada-Nya. Kesimpulannya tidak ada dalam hati seorang hamba
sesuatupun selain Allah, dan tidak ada keinginan terhadap apa yang Allah tidak
inginkan dari perbuatan-perbuatan syirik, bid’ah, maksiat yang besar maupun
kecil, dan tidak ada kebencian terhadap apa yang Allah perintahkan. Itulah hakikat
tauhid dan hakikat Laa Ilaaha Illallah
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA
Muhammad Ahmad, Tauhid ilmu kalam ,Bandung : CV Pustaka Setia, 1998, hal.27
Muhammad Yusran Asmuni, Ilmu Tauhid ,Jakarta : Raja Grafindo
Persada, 1996, hal. 158-163
Jasiman, Lc,
Syarah Rasmul Bayan Tarbiyah, Auliya Press Solo, 2005, hal. 71
PERTANYAAN
1. Apa pengetian tauhid dan macam macamnya?
Tauhid adalah mengesakan Allah semata dalam
beribadah dan tidak menyekutukanNya.
Macam macam
tauhid adalah: Tauhid Rububiyah, Tauhid Asma dan sifat, Tauhid Mulkiyah, Tauhid
Uluhiyah.
2. Jelaskan pengertian Tauhid Rububiyah!
Tauhid Rububiyah adalah mengakui
bahwa Allah SWT adalah Roob segala sesuatu, Pemilik, Pencipta,Pemberi Rezeki,Yang
Menghidupkan,Yang Memberi Manfaat,Yang Mendatangkan bahaya,Yang bagiNya segala
urusan, Yang ditanganNya segala kebaikan,bahwasanya Dia Maha Kuasa atas segala
sesuatu dan tidak memiliki sekutu apapun.
MANFAAT YANG
DIAMBIL DARI PEMBUATAN MAKALAH INI ADALAH;
- Mengetahui hakikat tauhid dan macam macamnya.
- Mengetahui bahwa dalam masalah Tauhid Af’al juga melahirkan pembahasan
Para ulama kalam yaitu; Jabariyah,
Qadariyah,Mu’tazilah,Asy’ariah dan Maturidiah.
- Mengetahui penjabaran dan penjelasan tentang Tauhid Af’al dan Tauhid
Rububiyyah
KRITIK DARI
PEMBUATAN MAKALAH INI ADALAH
- Dari makalah yang saya buat belum sempurna dan lengkap karena keterbatasan sumber
- Tulisan ini tidak hanya sekedar makalah tetapi setidaknya dapat menambah dan menerapkan keimanan dalam hidup saya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar